Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyapa Tuan Max Havelaar di Rangkasbitung

21 Agustus 2019   08:27 Diperbarui: 21 Agustus 2019   16:38 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru kali ini saya jumpai belut dipepes. Lagipula ukurannya kecil sekali, tidak meyakinkan. "Nih, makannya bareng Urap Daun Pepaya," Walaupun disebut urap, namun menurut saya lebih tepat disebut tumisan bunga dan daun pepaya.

Dokpri
Dokpri
Kelar membungkus sarapan, kami berjalan agak lebih jauh lagi ke arah utara, mencari tempat minum yang ada kursinya supaya bisa menikmati jajanan ini sambil merekam video dan membuat fotonya. 

"Tuh ada es campur Tom!" Seru saya di penghujung pasar becek. "Ya udah yuk cobain." Maka kami pun memesan tempat dan dua gelas es campur.

Dokpri
Dokpri
Tommy tidak terlalu sering memuji makanan kalau sedang jalan-jalan. Tapi kali ini dia langsung tersenyum bahagia saat meminum es campurnya. 

"Wuih beda banget ini rasanya, enak.." Bapak penjualnya langusng menjelaskan. "Itu pakai kacang hijau di atasnya." Rasa manis yang tidak terlalu kentara, bercampur dengan rebusan kacang hijau yang keset dan agak manis kepahit-pahitan, membuatnya ideal membuka hari bagi para pengelana rasa.

Dokpri
Dokpri
Saya lalu membuka jajanan, dan memburu pepes belut. "Beda nih Tom, bumbu pepesnya kental, kelapanya banyak dan kental, jadi manis-manis gurih." Kata saya kepada Tommy yang sedang merekam, "Terus daun salamnya bikin wangi.

 Tommy mencoba sedikit dan setuju kalau pepes belut Rangkasbitung memang enak sekali. "Makannya sambil cubitin urap daun kelapanya nih." 

Saya menawarkan seplastik kecil urap daun pepaya. Karena ditumis dengan banyak minyak, rasa pahit dari daun pepayanya hilang, berganti rasa gurih dari minyak goreng.

Dokpri
Dokpri
Sarapan bersahaja ini mengisi tenaga kami kembali. "Di sini tempat jalan-jalan di mana Pak?" Tanya Tommy. Penjual es campur tadi menyarankan kami ke balaikota. 

"Deket kok Cuma 700 meter dari sini." Katanya menyarankan. Cukup dekat, maka kami memutuskan jalan kaki saja sambil membakar kalori. "Asli jalan-jalan murah meriah. Ga keluarin duit banyak, bisa puas jalan-jalan keliling kota hehehe," Kata Tommy sambil menghidupkan kamera kecilnya.

Dokpri
Dokpri
Sampai di balaikota, saya membawa Tommy berbelok ke Museum Multatuli. Beberapa tahun lalu, rumah bekas dinas Douwes Dekker saat ditugaskan di Lebak ini nyaris tak berbentuk lagi dan menjadi tempat pembuangan sampah warga sekitar. Namun kini sudah direnovasi dan diisi berbagai peralatan interaktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun