"Ga pak, saya trauma dulu ke Semarang juga nonstop tanpa toilet. Susah diminta berhentinya, hehehe." Saya langsung menjauh, mencari jurusan lain yang lebih baik. "Naik Budiman aja ke Banjar, ada yang super eksekutif" sahut penumpang lain. Selisih biaya perjalanannya Cuma Rp 30 ribu, sebagai tambahan bus dari Banjar ke Pangandaran. "Baiklah, tidak rugi juga singgah di Banjar, walau setelah saya tanya-tanya ternyata relatif tidak ada tujuan wisata menarik di Banjar. Tapi setidaknya bus dari Jakarta ke Banjar disediakan toilet jadi tidak perlu berhenti hanya karena keinginan alam tidak dapat ditahan-tahan lagi.
Ternyata saya salah. Opor ayamnya enak sekali. Ditambah sayuran sop dan orek tempe, saya menyesal sempat berburuk sangka di awal. Pelayannya juga ramah dan banyak senyum. Harga? Cuma Rp 28 ribu saja. Tidak mahal-mahal amat, walau tidak bisa dibilang murah-meriah.
Hanya diberi kesempatan 30 menit untuk makan, sehabis makan saya langsung mendengar pengumuman, "Untuk penumpang jurusan Jakarta-Banjar, segera menaiki bus anda kembali..." Kami pun berlarian ke bus.
Di Pool Budiman Tasik, saya usil ingin mengemil lagi. "Ketan bakar, Aa?" Tanya seorang pedagang asongan. Saya pesan 3 biji untuk mengganjal perut. "Sepuluh ribu aja." Kata penjualnya dengan mengacungkan jari telunjuk.Â
Ketannya enak dan masih hangat, baru dibakar. Beda dengan ketan uli di Jakarta yang diberikan serutan kelapa bakar, ketan bakar di Tasik polos saja. Tapi harus diakui bahan beras ketannya lebih enak, jadi memang tidak perlu ditambahi kelapa lagi.
Di Terminal Banjar, saya celingak-celinguk. Sama sekali tidak punya berkeliling Kota kecil mirip Cirebon ini. Tapi saya beruntung ada tukang ojek yang dengan senang hati mengantarkan berkeliling dengan bayaran Rp 15 ribu saja hingga ke pusat kota. Nyaman sekali berjalan kaki di sini karena nyaris tidak ada kendaraan bermotor, hanya ada beberapa motor berlalu Lalang, itu pun tidak ada yang ugal-ugalan.
Iseng berkeliling pasar, saya bertemu sebuah pedagang sate yang dari jauh saja bau wanginya sudah menusuk. Mang Ajun Namanya. Rahasianya adalah satenya dibakar dalam keadaan segar. Dan di sela dua daging yang ditusukkan, diselipkan gajih atau lemak. Sehingga wangi dari daging yang terbakar, bercampur dengan lemak meleleh. Lalu disiram dengan kuah kacang yang tidak kemanisan. Pas sesuai dengan lidah saya, dan lumer saat masuk mulut.
Nyam!