Namun begitu besarnya manfaat yang dirasakan oleh inang-inang dan kaum trans di sekitarnya, pasar ini malah dikenal sebagai Pasar Jokowi, walaupun yang meresmikan sebenarnya Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki. Tapi ibu-ibu di sana tetap nyantai memanggil pasar ini pasar Jokowi dan berterima kasih ke Pakde Jokowi.
Ibu Situmorang, dalam salah satu video yang saya rekam dengan jawaban yang lugas dan meyakinkan menyatakan bahwa Pasar Jokowi ada di Desa Sampali, Deli Serdang, di ujung sebuah perkebunan sawit. Ia senang dengan dibukanya pasar Jokowi tersebut, walau memang belum benar-benar lengkap, namun sudah fungsional "Pak Jokowi, kami harap pasar ini segera dibangun (hingga komplit), dan kami mohon bantuan Pak Jokowi (untuk modal dagang), juga semoga segera terbangun tolnya."
Ya, semua mengaitkan nama apapun infrastruktur yang terbangun dengan nama Jokowi. Termasuk salah satu masjid di sekitar sekitar Desa Keude, Tringgadeng, Pidie, Aceh Jaya. Awalnya saya dengar nama masjid Jokowi dari percakapan warga Bireun di warung kopi pagi hari. Sambil ngopi, sembunyi-sembunyi saya nguping pembicaraan mereka mengenai masjid yang dibangun Jokowi di Aceh pasca gempa Pidie.Â
Tidak mudah mencari keberadaan masjid ini karena ada 4 mesjid bernama Masjid At Taqarub di sekitar Aceh bagian utara. Satu di Bireun, setelah Desa Sawang, satu di Lhokseumawe, satu di Tringgadeng, satu lagi di tengah gunung di sebelah kandang sapi yang saya capai sekitar pukul 3 pagi! Jalanan di sana sudah tidak berbentuk lagi, ya namanya juga jalanan desa menuju kandang sapi.
Mobil saya sudah selip, tak sanggup bergerak lebih jauh karena jalanannya hanya jalan setapak yang licin dan penuh lumpur. Akhirnya 50 meter menjelang masjid kecil di tengah kumpulan kandang kerbau tersebut, saya putuskan berbalik arah, "Manalah mungkin seorang presiden membangun dan meresmikan masjid seterpencil ini!" pikir saya gusar.Â
Balik ke gerbang masuk desa Keude, saya beranikan diri bertanya kepada bapak-bapak yang berkumpul di warung kopi. Awalnya saya membuang muka karena berpikir mungkin mereka preman sekitar atau mantan pasukan GAM yang masih senang mengganggu pendatang (padahal setelahnya saya bertemu dengan salah satu pasukan GAM yang ternyata ramah sekali dan juga pendukung Jokowi). Setelah beberapa lama diskusi rumit karena saya tidak mengerti logat Aceh, akhirnya saya menyerah, tak sanggup lagi bertanya di mana lokasi Masjid At Taqarub.
"Masjid Jokowi pak.. Masjid Jokowi.. yang dulu dibangun setelah gempa di Pidie!" adalah pertanyaan terakhir saya dengan setengah putus asa.
"Ooooh masjid Jokowi yang itu. Itu di sebelah kantor kecamatan Tringgadeng...!" Lah, ternyata kalau ditanya Masjid Jokowi, beliau dengan fasih menjelaskan, dengan Bahasa Indonesia yang lancar pula. Hahahha, akhirnya saya cari lokasi kantor kecamatan di Google Map dan jadilah berhenti, tidur, dan mandi di situ menjelang pagi. Siaran livenya juga saya post di Facebook supaya teman-teman tahu. Tapi hasilnya saya diejek teman-teman juga, "Suara ngorok kaya back music hahaha. Pasti kecapean!" kata Mba Aoki Vera Kurniawati bercanda. Ya benar juga. Seharian penuh mencari Masjid Jokowi, dari pagi sampai ketemu pagi lagi, melewati berbagai medan offroad pakai mobil kecil LCGC, tentu capenya luar biasa!Â
Tapi yang jelas puaaas! Sudah ketemu Masjid Jokowi...
Ya, orang selalu menyebut Pak Jokowi pernah bekerja di PT Kraft Aceh di Lhokseumawe, tapi kenyataannya beliau tinggal agak jauh ke dalam, di sekitaran Takengon, daerah penghasil kopi Gayo yang tiada duanya!