Mohon tunggu...
Harfei Rachman
Harfei Rachman Mohon Tunggu... Freelancer - An Un-educated Flea

Aku, pikiran yang kamu takkan bisa taklukkan.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Membedah "Sikap Duniawi", Bohemian Rhapsody Versi Isyana Sarasvati

16 Desember 2019   08:57 Diperbarui: 17 Desember 2019   11:35 1443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Isyana bikin gempar! Ini musik Isyana! Pasar atau label tak punya hak untuk mengatur-ngatur musisi yang dikenal jenius dan out of the box ini." Begitulah sepenggal komentar beberapa musisi Indonesia, salah satunya sang kakak, Rara Sekar yang mengaku terharu atas pencapaian sang adik. 

Ini terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Wanita pecicilan yang terkadang bikin ketawa oleh aksi-aksinya ini merilis dua lagu dalam hari itu yaitu Lexicon dan juga Sikap Duniawi.

Jika Lexicon terdengar layaknya musik-musik cadas ala Megadeth atau Metallica, maka Sikap Duniawi lebih terdengar mewah dan kaya warna musik dalam satu packaging. Iya, layaknya Bohemian Rhapsody-nya Queen atau Paranoid Android-nya Radiohead ini musik terdengar "sangat Isyana" sekali.

Selain musik yang terasa sangat Grande dan terdengar seperti nada-nada catchy seperti di film Petualangan Sherina. Baiklah, kita mulai membedah lirik-lirik di lagu ini menurut versi saya sendiri.

Sikap Duniawi memiliki lirik yang sangat menyentil orang-orang yang selalu mengurusi hidup orang lain, sebut saja mereka kaum perundung atau lebih beken dipanggil kaum pembully. Saya bisa merasakan apa yang Isyana ungkapkan di lagu itu, karena saya pernah mengalaminya juga.

Setelah saya mengamati musik video di Youtube, cerita bermula tentang seorang anak kecil yang tengah di mobil menuju ke sekolahnya. Sampai di sana, dia berjalan dan menghiraukan sekelompok anak yang seperti tengah menertawakannya, tetap gadis kecil itu berjalan tak mengubris dan tak tersentuh.

Mungkin lirik berikut menyiratkan apa yang dipikirkan Isyana dalam adegan tersebut.

"Di kala dia berteman, aku sibuk membisu.
Di kala dia tertawa, aku berpikir masa depan"

Eits, sepertinya saya melewatkan adegan awal, ketika adegan Isyana berdiri bersama gadis kecil itu dan dengan pede-nya gadis eksentrik itu mengatakan..

"Dengarlah wahai kawan-kawanku
Kini warna yang kelam hangus
Aku tahu kamu 'kan bertamu
Selamat datang padaku yang baru"

Baiklah, Isyana kecil sudah berevolusi sebagai seseorang yang terlihat seperti seorang guru/dosen. "Aku tahu kamu 'kan bertamu" adalah sindiran keras untuk anda, iya kamu, kaum pembully/perundung. Kenyataannya, saya sering menemukan orang-orang sukses yang dulunya juga pernah mengalami bullying yang sama dengan Isyana dan saya.

Contohnya, Justin Bieber, Jackie Chan, Tulus, Rihanna, Jennifer Lawrence dan masih banyak lagi. Saya selalu berasumsi bahwa kaum perundung tidak akan pernah sesukses orang-orang yang pernah dirundungnya.

Alasan saya memang tak beralasan kuat, tapi sampai detik ini, saya tak pernah melihat teman-teman saya sejak SD hingga SMA menunjukkan bahwa mereka "benar-benar sukses" dan menjadi orang-orang yang cenderung biasa saja, tidak spesial sama sekali, menyedihkan.

Baiklah, kembali ke topik utama, mari kita simak lirik selanjutnya..

"Hidup hanya sekali saja
Mungkin lagi tapi wujud berbeda
Maka jangan hiraukan kesempatan
Tutup telinga dari kata menyakitkan"

Sulit untuk membahas lirik ini, karena memiliki ambiguitas dan bisa dipahamin berbeda-beda oleh orang-orang yang mendengarkannya.

Banyak orang bijak berkata "Jangan sia-siakan waktu" Well, mungkin pepatah si bijak benar tetapi saya termasuk orang yang tidak peduli apa kata si bijak. Setiap manusia mempunyai waktu emas-nya masing-masing. Mungkin itu yang saya pahami dari "Mungkin lagi tapi wujud berbeda" 

Selanjutnya, jika kita ingin melampaui orang-orang di sekitar kita, lebih baik tutup telinga dan berusahalah sejauh mungkin. Abaikan mereka yang suka mencaci, merendahkan, hingga membanding-bandingkan kamu dengan orang lain.

"Bukalah matamu
Indahnya langit biru
Yang lalu biar berlalu
Peganglah kedua mimpimu yang baru "

Wah, ternyata benar kan pendapat saya di atas. Sekali saya tekankan bahwa tiap manusia mempunyai waktu emas-nya masing-masing. Yang lalu biar berlalu karena bila kita diberi kesempatan satu kali lagi untuk hidup, ya sudah berusahalah dan biarkanlah semesta bekerja untukmu. Itu sepotong lirik dari Kunto Aji dalam lagu Rehat. 

Lalu ada lirik..

"Di kala dia menghasut, telan jadi ramuan
Lambat laun dia runtuh, s'makin aku jadi panutan"

Saya rasa hal itu tak perlu dibedah terlalu dalam. Intinya, jika ada yang tidak suka dengan anda, ya sudah, telan jadi ramuan.  Toh nanti semesta yang menunjukkan siapa yang akhirnya jadi panutan.

Terakhir lagu ini berakhir dengan lirik seperti ini..

"Renungkanlah
Mengapa kamu begitu membenci
Jangan rusak mimpi-mimpimu
Kar'na sikap duniawimu"

Janganlah terlalu mencintai dunia, bukankah akhirat adalah tempat terakhir yang kita tuju? Kebencian hanya akan mempersulit akal sehatmu, jadi jangan rusak mimpi-mimpimu dengan segala hambatan yang ada.  Lawan dengan cara yang baik, dan akhiri juga dengan cara yang baik.

Sekian persepsi saya tentang lagu "Sikap Duniawi"

Terakhir, Selamat tanggal 16 Desember!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun