Aku menemani rasa damai makan siang
di kedai tempat pikiran kami biasa bertemu
aku membujuknya agar datang tepat waktu
"Bukan bermaksud mengecewakanmu,
aku harus menemani rasa sepi
orang-orang yang dipinggirkan dulu," katamu
"Aku juga orang terabaikan," kataku
Tak kau lihatkah nuraniku
yang belum bisa berhenti menangis?
ini adalah pengalaman terparah
dikecewakan oleh waktu
Nuraniku pernah digigit rasa dosa
Rasanya menyakitkan
Tapi di suatu hari yang baru,
aku menantangnya untuk menggigitku lagi
Rasa damai tidak menanggapi
Ia malah bercerita
"Sepulang dari membesuk rasa sepi,
Aku menghirup udara kebahagiaan
cocok dihirup paru-paru yang kesepian
Aku menangis
menuntut rasa damai untuk mengerti
"Apa yang bikin kamu nangis?" katanya
Bukankah doa-doa penenang
untuk menghibur yang rapuh
tidak kau tinggalkan?
Kebahagiaanku merasa kehausan
Aku coba bangkit dari kekecewaan
menepuk beberapa pikiran gundah
barangkali harapan menyembul secara gaib
"Kalau kau terus bersikap seperti ini,
aku tak mau berurusan denganmu.
Kau mencari kebenaran melalui kesalahanmu."
Kemudian rasa damai menyodorkan
perangai baru padaku
Surabaya, 23/09/2017