Beberapa contoh game edukasi yang bisa diberikan untuk ABK (Ismail, 2009) bisa dengan aktivitas bermain berikut:
- Bermain balok/puzzle untuk melatih kemampuan mengenal benda, bentuk dan warna.
- Menggunting dan menempel untuk melatih motorik halus anak.
- Mewarnai gambar (hewan, buah atau benda lainnya)
- Bermain dan membuat kereta/mobil dari kardus untuk mengembangkan unsur-unsur fisik-motorik, sosial emosional, kordinasi dan keseimbangan, kognisi, imajinasi dan kreativitas anak.
Selain beberapa permainan tersebut, banyak sekali permainan-permainan yang bisa memfasilitasi proses belajar anak, kuncinya ada pada orang tua yang harus lebih kreatif dan inovatif membuat permainan-permainan sesuai dengan keperluan proses belajar anak. Membuat permainan edukasi juga bisa menggunakan alat-alat sederhana yang ada di rumah, tidak harus membeli alat permainan khusus jika memang tidak memungkinkan bagi orang tua.
Salah satu contoh permainan yang mudah dan murah bisa menggunakan kardus-kardus bekas kemudian dibuat menjadi bentuk yang dinginkan seperti rumah-rumahan, mobil-mobilan dan lainnya. Atau bisa juga menggunakan kertas dan crayon atau pensil warna untuk menggambar bentuk-bentuk yang disukai anak kemudian digunting dan ditempel di dinding kamar anak. Setiap permainan ini akan bermanfaat untuk menunjang kemampuan anak, terutama pada ABK yang mungkin masih kesulitan dalam mengorganisasikan gerak tubuhnya dengan baik.
Salah satu cara untuk menarik perhatian ABK pada saat mengajak belajar sambil bermain adalah dengan cara membuat intonasi bicara lebih ramah dengan suara yang terdengar nyaring dan jelas, seperti anak yang berteriak kegirangan karena senang mendapatkan mainan baru, misal dengan kalimat, "Wow... bagus sekali mainan ini", atau "Wah... ada kertas kosong ayo kita mewarnai," pengucapan kalimat-kalimat tersebut harus disertai dengan mimik wajah dan gerakan tubuh yang penuh antusias untuk siap melakukan aktivitas yang disebutkan. Anak akan cenderung lebih cepat merespon instruksi ketika orang yang memberikan instruksi terdengar menyenangkan dalam mengajak anak belajar atau bermain bersama.
Jika orang tua kesulitan dalam menentukan permainan yang tepat untuk anak dalam mencapai target belajar atau target pelatihannya, maka bisa berdiskusi dengan guru kelasnya yang pasti lebih mengerti bagaimana proses belajar dan bermain anak saat di sekolah. Jadi bagi orang tua ABK harus aktif berkomunikasi dengan pendidik anak-anak mereka agar proses pendidikan yang diterima anak di rumah tidak terlalu jauh berbeda dengan proses yang dilakukkannya di sekolah bersama gurunya.
Referensi
Adriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Salemba Medika: Jakarta.
Ismail, A. (2009). Education Games. Pro-U Medika: Jogjakarta
Mutiah, D. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Kencana: Jakarta.
Syafarana, I.A.N & Chairani, A. (2020). Pelaksanaan Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus pada Masa Pandemi Covid -- 19 di Sekolah Inklusif SDN 12 Gedong. Jurnal Ortopedagogia, 6, 2, 125-129.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H