Mohon tunggu...
Hardius Usman
Hardius Usman Mohon Tunggu... Dosen - Humanitarian Values Seeker in Traveling

Doktor Manajemen Pemasaran dari FEUI. Dosen di Politeknik Statistika STIS. Menulis 17 buku referensi dan 3 novel, serta ratusan tulisan ilmiah populer di koran. Menulis hasil penelitian di jurnal nasional maupun internasional bereputasi. Mempunyai hobby travelling ke berbagai tempat di dunia untuk mencari nilai-nilai kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Leeds Kota Indah yang Sepi Wisatawan

3 Juli 2020   16:01 Diperbarui: 12 Juli 2020   19:15 1639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Leeds Town Hall (Sumber: Koleksi Pribadi)

Banyak di antara kita telah mengenal kota Leeds yang terletak di West Yorkshire - Inggris, tetapi mungkin belum banyak yang sempat mengunjunginya, walau telah beberapa kali berwisata ke Inggris. 

Leeds sengaja tidak ditempatkan menjadi tujuan wisata, mungkin disebabkan karena kota tersebut merupakan pusat pelayanan bisnis, hukum, dan finansial terbesar di Inggris Raya setelah London. 

Kalau hanya sebuah kota 'biasa' tentu daya tariknya rendah bagi wisatawan untuk berkunjung. Apalagi sejarah mencatat bahwa sejak Revolusi Industri terjadi di Inggris, Leeds merupakan pusat industri. 

Tidak salah jika kita akan mengasosiasikan kota itu dengan cerobong asap, debu, dentingan besi, kebisingan, dan sebagainya, yang tentu tidak akan memberikan kenyamanan berwisata.

Leeds memang pusat perekonomian dan komersial, tetapi sesungguhnya Leeds juga merupakan pusat kebudayaan. Sebuah kota yang menyandang gelar pusat kebudayaan, pasti akan diselimuti oleh keindahan dan keasrian. Kota yang dilalui Sungai Aire ini tertata dengan sangat rapih dan artistik. 

Bangunan moderen yang berpadu dengan bangunan kuno menghiasi keindahan kota. Taman-taman yang tersebar di kota seperti Roundhay Park dan Golden Acre Park menjanjikan kesejukan dan kebersihan udara yang masuk ke paru-paru.

Sebagai pusat budaya, tentunya pertunjukan budaya tidak sedikit jumlahnya dihadirkan kota ini, seperti: Leeds West Indian Carnival, Festival Leeds, Konser Internasional Leeds, dan Festival Film Internasional Leeds.

Disamping itu, Leeds merupakan salah satu pusat sejarah di Inggris. Oleh karena itu, Leeds menawarkan wisata sejarah. Di kota ini kita bisa mengunjungi Royal Armouries Museum untuk melihat senjata dan seragam perang pada jaman dulu. 

Leeds City Museum untuk menyaksikan beberapa fosil binatang dan mumi asli. Kirkstall Abbey yang merupakan reruntuhan bangunan biara peninggalan Inggris di abad pertengahan. Kita juga dapat menikmati benda-benda seni seperti lukisan, pahatan, dan artefak di Leeds Art Gallery.

Walau menyandang gelar kota industri, Leeds sangat jauh dari asap, debu dan kebisingan. Ketenangan dan kondusif-nya kota untuk belajar, menyebabkan banyak pelajar dari berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia, yang menimba ilmu di kota ini. 

University of Leeds, Leeds Trinity University College, dan Leeds Breckett University merupakan universitas-universitas bergengsi di sana. Oleh karena itu, Leeds juga menyandang gelar sebagai kota pelajar.

Kirkgate Market (Sumber: Koleksi Pribadi)
Kirkgate Market (Sumber: Koleksi Pribadi)
City Square dan City Center merupakan kawasan wajib untuk dikunjungi traveler yang berkunjung. Di kawasan ini kita dapat menikmati Leeds dengan berjalan kaki.

Di City Square kita dapat menikmati keindahan pahatan patung, arsitektur Gereja Joseph Priestley, dan Leeds Town Hall. Balai kota Leeds yang dibangun dari tahun 1853 sampai tahun 1858 ini merupakan salah satu balai kota terbesar di Inggris Raya. 

Balai Kota yang dibuka oleh Ratu Victoria ini merupakan simbol rasa bangga dan percaya diri masyarakat Leeds terhadap kotanya, yang muncul sebagai pusat industri penting selama Revolusi Industri.

Sementara itu di City Center kita dapat menemui toko retail, supermarket, pasar tradisional, dan berbagai tempat makan. Bangunan yang sangat indah dan jalan yang ramah pejalan kaki membuat setiap langkah kita terasa menyenangkan. Di kawasan ini, kita juga dapat menemui pusat perbelanjaan yang terkenal di Leeds, yaitu Victoria Gate dan Trinity Gate. 

Kita juga bisa mengunjungi daerah Briggate yang merupakan pusat perbelanjaan bersejarah. Di kawasan ini kita juga dapat menemui cafe, restoran, dan barang-barang branded. 

Kalau mau makan atau minum tidak salah kita mencari restoran berkonsep outdoor di kawasan ini. Sambil menikmati makanan atau minuman kita dapat menyaksikan keindahan sekitar dan atmosfir kota yang nyaman.

Mark & Spencer Original (Sumber: Koleksi Pribadi)
Mark & Spencer Original (Sumber: Koleksi Pribadi)
Tempat berbelanja yang ikonik di Leeds adalah Kirkgate Market, yang pertama kali dibuka pada tahun 1822 . Pasar ini sebenarnya diperuntukan sebagai tempat menjual kebutuhan sehari-hari, seperti: daging, ikan, buah, sayuran, produk susu, makanan jadi, dan bunga. 

Biasanya wisatawan berkunjung ke tempat ini bukan untuk berbelanja barang kebutuhan sehari-hari itu, melainkan untuk menyaksikan sebuah kedai kecil yang dibangun pada tahun 1884, yang merupakan saksi sejarah awal mendunianya brand Mark & Spencer.

Mark & Spencer dibangun oleh Michael Marks. Hidupnya berawal dari kesengsaraan. Lahir pada tahun 1863 di Byalstok -- Polandia, sebagai anak piatu dari keluarga miskin di perkampungan padat dan kumuh. Tapi dia mampu mengubah jalan hidupnya ke arah yang sangat berbeda. Sejarah hidup Michael Marks, memberi kita banyak pelajaran yang sangat berharga. 

Salah satu pelajaran yang berharga adalah manusia harus mempunyai mimpi yang besar dan harus mencurahkan segala yang dimilikinya untuk mewujudkan impian tersebut. Lahir dari keluarga miskin adalah takdir yang tidak dapat ditolak, tetapi menjadi sukses adalah pilihan yang dapat diraih siapapun.

Sungguh banyak keindahan, kenikmatan, dan pelajaran yang bisa kita ambil dari kota ini. Sekalipun kota ini patut untuk menjadi daerah tujuan wisata, ternyata kota ini tampaknya belum mempersiapkan pembangunan sektor pariwisata dengan lebih serius. 

Hal ini setidaknya dibuktikan, bahwa kami tidak menemukan toko suvenir sekalipun telah mencari kesana-kemari. Ketika kami menanyakan pada penduduk lokal dimana tempat menjual suvenir, mereka hanya tersenyum-senyum sambil menggeleng.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun