Mohon tunggu...
Hardiriyanto
Hardiriyanto Mohon Tunggu... Guru - Hardiriyanto, staf pengajar di SMP MARSUDIRINI Bogor.

Terus berusaha dan mencoba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Emansipasi: Bakti Diri bagi Keluarga dan Sesama

21 April 2021   21:25 Diperbarui: 22 April 2021   00:10 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata, beliau hanya ingin membagi kemampuan mengajinya kepada ibu-ibu yang bernasib sama sepertinya. Ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya memang rata-rata tidak mengenyam pendidikan. Kebanyakan masih buta huruf dan buta aksara.

Sungguh membuat hati ini tergores. Rupanya, Emak buta huruf dan buta aksara. Emak tidak mengenyam bangku pendidikan. Akan tetapi Emak hebat. Beliau mau membagikan kemampuannya demi kemajuan sesama. Niat murni dalam hati sanubarinya selalu didukung oleh Abah, sang suami tercinta.

Segala sesuatu yang Emak dapatkan selalu Emak bagikan bagi sesama. Entah makanan, entah rezeki, entah ilmu yang meskipun rasanya cuma sedikit. Emak tidak mengharapkan balasan. Hanya pahala yang sekiranya Emak dapatkan nanti dari Tuhan.

Teknik menghafal bacaan-bacaan pendek dari Ayat Suci Al-Quran yang menjadikannya mau berbagi. Beliau tidak tahu huruf latin. Beliau tidak tahu aksara. Apalagi huruf Arab. Teknik tersebut dinamakan "ngawaosan" menurut penuturannya.

Saya pun terharu. Seseorang yang mengasuh puteri kami ternyata pembelajar sejati. Beliau menghadapi segala sesuatu dengan optimis dan humanis. Seseorang yang tak disangka-sangka hadir di tengah-tengah keluarga kami sebagai sosok pembelajar sepanjang hayat.

Enam tahun emansipasinya bagi keluarga. Enam tahun perannya sebagai pencari nafkah bagi keluarga. Enam tahun hari-harinya diisi dengan hidup bakti kepada sang suami maupun sesama dengan menjadi guru mengaji.

Emak memiliki keinginan belajar yang tinggi dari keterbatasannya. Awalnya tidak tahu menjadi tahu. Awalnya belum mau menjadi mau. Awalnya belum mampu menjadi mampu.

Sosok Raden Ajeng Kartini telah terpatri pada diri Emak. Entah ini hanya merupakan  subyektivitas saya saja atau bukan? Pastinya, sosok Emak merupakan sosok yang menginspirasi. Beliau mau membagi berkat bagi sesama dari kekurangan bahkan keterbatasannya. Emansipasinya merupakan wujud bakti diri bagi keluarga dan sesama.

Adakah di antara kita yang sudah seperti beliau? Mungkinkah ada di antara kita yang mau seperti beliau?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun