Mohon tunggu...
hardika widi satria
hardika widi satria Mohon Tunggu... -

saya seorang mahasiswa tingkat akhir yang hobinya jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Memoirs of Southern Track with Progo, Sebuah Refleksi Perjalanan Hidup

12 Mei 2010   06:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:15 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ever since childhood, when I lived within earshot of the Boston and Maine, I have seldom heard a train go by and not wished I was on it."

(Paul Theroux, The Great Railway Bazaar)

Progo.

Itulah kata pertama yang saya tulis di dalam catatan ini. Mengapa saya memilih kata Progo sebagai kata pertama??... karena kata tersebut sangat berkesan bagi saya. Bagi kalian yang belum tahu apa itu Progo akan saya jelaskan sekarang. Progo adalah nama sebuah kereta, sebuah kereta yang ditarik oleh lokomotif dengan mesin jenis diesel. Kereta ini adalah jenis kereta kelas ekonomi yang melayani rute Senen-Lempuyangan (Jogja). Progo adalah salah satu dari sekian banyak kereta yang melewati jalur selatan pulau Jawa.

Terhitung sampai saat ini sudah 3 kali saya menaiki Progo. Pertama adalah ketika saya pulang berlibur dari Jogja medio Agustus 2009 dan yang terakhir adalah keberangkatan serta kepulangan saya bersama teman-teman dari dan ke Purwokerto (26 & 30 Desember 2009). Saya tidak akan menceritakan tentang apa yang saya telah alami ketika pulang dari Jogja atau berangkat ke Purwokerto, tapi saya akan berkisah banyak tentang perjalanan pulang saya dari Purwokerto. Perjalanan yang telah banyak memberikan arti kehidupan bagi saya dan teman-teman Cuypala.

Kisah ini masih memiliki tautan dengan catatan saya sebelumnya yang berjudul Ekspedisi Cuypala, gunung Slamet 3428 mdpl. Saat itu 29 Desember 2009 waktu menunjukan jam 08.00 WIB, kami telah berkumpul di stasiun Purwokerto dan telah membeli tiket. Seperti biasa saya menyempatkan diri melihat tiket tersebut khusus pada kolom yang paling bawah. Saya tidak terkejut ketika melihat tulisan "BDR-,TANPA_TMP_DUDUK"...hehehe, tampaknya semua tiket kereta kelas ekonomi memang di desain seperti itu, seragam tulisannya di kolom pojok bagian bawah!!!...S#*T

Pukul 8.15 WIB, kami semua telah berada di peron dan kereta pun tiba. Tampak kereta telah penuh sesak oleh penumpang tapi kami pikir itu adalah hal biasa. Kami langsung mencari gerbong yang sekiranya masih ada ruang untuk menaruh carrier-carrier kami, tak disangka setelah 2 kali bolak-balik dari gerbong depan sampai belakang kami kesulitan mencari space. Semua panik dan menyebar entah ke gerbong mana!. Saya masih bersama Barun, Dzinun, Ambo, Aziz dan Toad di satu gerbang. Semriwing entah berada di gerbong nomor berapa, yang jelas dia dapat lapak di gerbong belakang. Belakangan kami tahu bahwa dia dapat tempat di WC di gerbong belakang, sedangkan Ipan tak jelas kabarnya. Hahahah!!!..

Progo saat itu sangat padat, bahkan untuk bergeser saja sulit. Akhirnya saya dapat tempat juga di pintu belakang gerbong, dekat WC. Itu pun saya sempat adu mulut dengan penumpang yang berada di dalam WC yang menyuruh saya masuk ke dalam. FYI, yang di dalem WC jumlahnya 6 dengan spec 5 dewasa + 1 bocah!... Ini dia dialog adu mulutnya:

Mas WC tampang Jamet [MWTJ]: "Mas tasnya(sambil ngedorong-dorong carrier saya)...masuk ke dalam aja mas!!..."

Saya : (celingak-celinguk ngeliat sikon trus nanya sama anak muda di depan saya)..."masih ada tempat mas di tengah?"

Anak muda dpn saya: "wis penuh eh mas-dgn dialek Cirebonan"...

Saya: (cuma senyum... )

MWTJ: (raut muka kesel)!!...

Saya: (raut muka bodo amat)!!..hahaha

---Body charge pun sempat beberapa kali terjadi sepanjang perjalanan, tapi itu hal yang wajar di tengah suasana hiruk pikuk pengap kereta ekonomi---.

Human beings are more alike than unalike, and what is true anywhere is true everywhere, yet I encourage travel to as many destinations as possible for the sake of education as well as pleasure. (Maya Angelou-- Wouldn't Take Nothing for my Journey Now, "Passports to Understanding")

Walhasil saya berdiri di samping pintu belakang gerbong sambil megangin carrier. Tepat di pintu gerbong berdiri 2 pria paruh baya, yang satu pakai kaos dan satu lagi pakai kemeja. Ketika Progo melaju saya mulai merasa seperti alien, merasa terasing, ingin mengeluh, kesal dan ingin teriak karena situasi kereta yang tidak manusiawi. Ternyata mendumel sendirian serta mengeluh tidak mengubah keadaan cuy!!. Di stasiun Bumiayu saya sempat ngobrol dengan pria yang memakai kaos, dia sangat ramah dan setiap kali berbicara pasti selalu melempar senyum. Senyum khas pedesaan, senyum yang ikhlas, senyum yg belum terkontaminasi racun kota. Senyum yang kata J.J Rousseau dalam novelnya La Nouvelle Héloïse "senyum pedesaan yang bertolak belakang dengan kehidupan di kota yang hiruk pikuk, penuh ambisi dan kebohongan" (bisa dibayangin dong sob!! ^_^).

Sungguh kenikmatan tersendiri dapat berbincang walaupun sejenak tapi sangat berkualitas. Rasa lelah yang saya rasakan karena menahan carrier dengan kaki, paha serta tangan saya terasa lebih ringan ketika berbincang dengan mereka. Ternyata bapak ini naik dari Lempuyangan dengan tujuan Cirebon. Begitu pula dengan bapak yang satu lagi, dia juga naik dari Lempuyangan hanya saja tujuannya Jatinegara. Mendengar itu, saya kaget karena dari Lempuyangan saja bapak2 ini tidak dapat tempat duduk. Anyway, mereka adalah contoh orang2 tangguh yang tidak mudah mengeluh karena keadaan!!..hal itu juga yang memotivasi saya untuk tetap kuat walaupun berdiri sepanjang perjalanan sampai Jakarta!!

Selepas stasiun Bumiayu teman2 yg lain merapat, Aziz dan Dzinun sekarang berada di gerbong belakang, dekat dengan saya. Sedangkan Ambo dan Toad masih tetap berada di sambungan gerbong. Aziz menanyakan kepada saya "Ka, masih ada ruang gak?", saya jawab "gak ada". Karena carrier Aziz berada di sambungan gerbong dan sangat menyusahkan yg lain ketika pedagang asongan lewat, maka carriernya pun ditumpuk diatas carrier saya. Lumayan beban sekarang dibagi dua!! Hehehe ...MWTJ makin demek aja tuh mukanya!!wakakakak..

Sekedar info, ketika kondektur meminta tiket kereta MWTJ & rombongan hanya memberi 2 tiket padahal jumlah mereka ada 6 orang. Ketika kondektur terus mendesak tiket yang lain MWTJ hanya memberikan 2 lembar uang 10ribu dan 1 lembar uang 5ribu!. Kondektur bilang kurang dan MWTJ menimpalnya dgn 1 lembar lagi 5ribu. Gambaran pak kondektur persis seperti koruptor di TV, tua dengan perut buncit. Ya, mungkin ini adalah korupsi kelas cere, tapi saya langsung ingat perkataan guru agama saya dulu "selemah-lemahnya orang melawan ketika melihat kemunkaran adalah dengan doa". Dan saya seketika itu menjadi orang lemah sobat, karena hanya bisa melawan dengan doa. Tampaknya semua orang masa bodo dengan keadaan seperti ini, atau jangan2 mereka juga lemah seperti saya yg cuma bs melawan dgn doa??!..hahahah

Pernah saya ngobrol dengan teman saya di kampus tentang kereta ekonomi, dia berkata "orang bayar murah kok mau enak!". Saya awalnya setuju dengan pendapatnya itu tapi kemudian merenung dan makin sadar bahwa sistem keamanan sosial di negeri ini sangat parah hancurnya. Seharusnya subsidi yang berasal dari uang rakyat itu dialokasikan banyak untuk hal yang menyangkut fasilitas umum seperti kereta contohnya, tidak perlu bagus yang penting manusiawi. Setiap orang yang membeli satu tiket berhak mendapatkan tempat duduk, kereta ekonomi toh gak perlu AC, cukup jendela di buka pun nyaman. Saya rasa petinggi2 PT.KAI belum pernah naik kereta ekonomi!!..hahahah,,kalo pernah mereka pasti simpati & empati dan kalau mereka pintar juga cerdas pasti akan melakukan pembenahan atas kebobrokan ini!!!...jadi, kawan silakan simpulkan sendiri orang2 jenis apa mereka itu?? :p

Oke tadi saya ngomong sedikit tentang substansi,,now back to the story...

Perjalanan Progo terus berlanjut malam itu dan tak terasa sudah sampai Cirebon. Di sini juga bapak paruh baya yang mengenakan kaos itu turun. Kereta berhenti lama di Cirebon entah karena hal apa, padahal masinis sudah dipanggil beberapa kali oleh petugas jaga stasiun, hmm..mungkin lebih dari 5x masinis itu diperintahkan agar lekas berangkat. Seharusnya kereta dapat mengubah perilaku sosial kita menjadi lbh disiplin, karena kereta memiliki jadwal keberangkatan yang jelas serta tempat transit atau berhenti yang jelas, beda dengan metro mini atau angkot yang bisa berhenti kapan saja & dimana saja bahkan dengan sebuah TELUNJUK!!...Tampaknya banyak dari kita yang belum sadar akan kelebihan kereta sobat.

Akhirnya tiba saat kereta kembali melaju ke arah barat, saya sekarang berdiri disamping bapak paruh baya yg mengenakan kemeja. Hujan gerimis terus mengguyur mulai dari stasiun Cirebon sampai Cikampek. Saya yg pada saat itu hanya mengenakan kaos bertahan di pinggir pintu gerbong bersama bapak itu. Curah hujan yang jatuh berlawanan dengan arah kereta membuat tetes hujan yang menjatuhi kulit terasa sakit, (bagi teman2 yg mau tahu rasanya coba saja pas hujan2 naik motor agak ngebut dan berlawanan dgn jatuhnya hujan).. kalo lagi pusing sih enak kayak di pijit2 atau di totok gitu!! Heheheheh ;D

Entah apa yg membuat saya tahan & kuat menghadapi situasi seperti itu, padahal saya cuma pakai selembar kaos. Kantuk terus saja menyerang, saya terus ditegur oleh bapak disamping saya agar tidak tidur karena bahaya. Cuma itu yg bisa kami lakukan, saling menegur, karena bapak ini sangat pendiam. Kata hati sebenarnya ingin masuk ke dalam gerbong agar bs tidur, tapi teman2 tampak kepayahan. Ya sudahlah dengan semangat tersisa saya jalani saja ini semua, toh ini semua akan berakhir. Kombinasi angin dan gerimis sungguh membuat saya kewalahan. Aziz saja yg pakai sweater dan berada dekat saya, badannya terasa hangat. Mungkin ini yang dinamakan NIAT teman2 dan pastinya karena doa tulus dari kedua orangtua serta teman2 lain juga. Hebatnya lagi saya gak masuk angin sampai St.Senen padahal saya 7 jam berdiri disamping pintu gerbong diterpa angin malam dan sempat kena gerimis. Sungguh diluar dugaan!!!.. niat yang besar memang bisa mengalahkan segalanya sobat. Saya telah membuktikannya, benar2 empiris...

Saya hanya sempat tidur sebentar mungkin 15 menit dari Bekasi sampai Jatinegara. Alhamdulillah saya gak jatuh dr kereta, pdhl awalnya cuma niat duduk sebentar sambil pegangan disamping pintu gerbong, eh tiba2 mata kriyep2 bangun2 saya udh di Jatinegara aja..Thanks God for keeping me alive!

Pengalaman yang menarik serta berkesan dengan Progo secara tidak langsung menjawab pertanyaan saya sedari masih kecil ketika ingin sekali naik kereta. Waktu itu saya masih SD mungkin kelas 2 atau 3, saya waktu itu berada di Senayan sedang jalan2 bersama kedua orangtua saya. Kami terbiasa berpergian kemana saja dengan menggunakan angkutan umum, yaitu bus. Ketika telah sore hari saya meminta kepada ayah saya agar pulang naik kereta karena saya belum pernah naik kereta saat itu. Ayah saya bilang lebih jauh dan lebih susah kalau naik kereta, dan ibu saya pun meyakinkan ayah saya dengan berkata: "iya, Dika kan belum pernah naik kereta". Saya ingat betul raut muka ayah saya dan saya saat itu bisa membaca bahwa ada sesuatu yang tidak diungkapkan dan akhirnya kami pun pulang ke rumah dengan bus.

Saya baru sadar sekarang betapa sayangnya orangtua saya kepada saya. Mereka, khususnya ayah saya tahu betapa tidak nyamannya naik kereta sore hari apalagi membawa anak kecil. Dia ingin memberikan kenyamanan kepada anaknya tercinta. Perlu diingat teman, saat itu belum ada kereta ekonomi AC apalagi Pakuan. Sekarang anakmu sudah besar dan harus melupakan kenyamanan tersebut karena, saya menyadari sebentar lagi saya akan keluar dari comfort zone...

Thanks for everything, I love you Mom & Dad...^__^

Memperingati sebulan berlalunya Ekspedisi Cuypala di gunung Slamet 3428mdpl

Cibinong 00.00 WIB, 27 Januari 2010

Hardika Widi Satria

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun