Mohon tunggu...
hardika widi satria
hardika widi satria Mohon Tunggu... -

saya seorang mahasiswa tingkat akhir yang hobinya jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Memoirs of Southern Track with Progo, Sebuah Refleksi Perjalanan Hidup

12 Mei 2010   06:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:15 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan Progo terus berlanjut malam itu dan tak terasa sudah sampai Cirebon. Di sini juga bapak paruh baya yang mengenakan kaos itu turun. Kereta berhenti lama di Cirebon entah karena hal apa, padahal masinis sudah dipanggil beberapa kali oleh petugas jaga stasiun, hmm..mungkin lebih dari 5x masinis itu diperintahkan agar lekas berangkat. Seharusnya kereta dapat mengubah perilaku sosial kita menjadi lbh disiplin, karena kereta memiliki jadwal keberangkatan yang jelas serta tempat transit atau berhenti yang jelas, beda dengan metro mini atau angkot yang bisa berhenti kapan saja & dimana saja bahkan dengan sebuah TELUNJUK!!...Tampaknya banyak dari kita yang belum sadar akan kelebihan kereta sobat.

Akhirnya tiba saat kereta kembali melaju ke arah barat, saya sekarang berdiri disamping bapak paruh baya yg mengenakan kemeja. Hujan gerimis terus mengguyur mulai dari stasiun Cirebon sampai Cikampek. Saya yg pada saat itu hanya mengenakan kaos bertahan di pinggir pintu gerbong bersama bapak itu. Curah hujan yang jatuh berlawanan dengan arah kereta membuat tetes hujan yang menjatuhi kulit terasa sakit, (bagi teman2 yg mau tahu rasanya coba saja pas hujan2 naik motor agak ngebut dan berlawanan dgn jatuhnya hujan).. kalo lagi pusing sih enak kayak di pijit2 atau di totok gitu!! Heheheheh ;D

Entah apa yg membuat saya tahan & kuat menghadapi situasi seperti itu, padahal saya cuma pakai selembar kaos. Kantuk terus saja menyerang, saya terus ditegur oleh bapak disamping saya agar tidak tidur karena bahaya. Cuma itu yg bisa kami lakukan, saling menegur, karena bapak ini sangat pendiam. Kata hati sebenarnya ingin masuk ke dalam gerbong agar bs tidur, tapi teman2 tampak kepayahan. Ya sudahlah dengan semangat tersisa saya jalani saja ini semua, toh ini semua akan berakhir. Kombinasi angin dan gerimis sungguh membuat saya kewalahan. Aziz saja yg pakai sweater dan berada dekat saya, badannya terasa hangat. Mungkin ini yang dinamakan NIAT teman2 dan pastinya karena doa tulus dari kedua orangtua serta teman2 lain juga. Hebatnya lagi saya gak masuk angin sampai St.Senen padahal saya 7 jam berdiri disamping pintu gerbong diterpa angin malam dan sempat kena gerimis. Sungguh diluar dugaan!!!.. niat yang besar memang bisa mengalahkan segalanya sobat. Saya telah membuktikannya, benar2 empiris...

Saya hanya sempat tidur sebentar mungkin 15 menit dari Bekasi sampai Jatinegara. Alhamdulillah saya gak jatuh dr kereta, pdhl awalnya cuma niat duduk sebentar sambil pegangan disamping pintu gerbong, eh tiba2 mata kriyep2 bangun2 saya udh di Jatinegara aja..Thanks God for keeping me alive!

Pengalaman yang menarik serta berkesan dengan Progo secara tidak langsung menjawab pertanyaan saya sedari masih kecil ketika ingin sekali naik kereta. Waktu itu saya masih SD mungkin kelas 2 atau 3, saya waktu itu berada di Senayan sedang jalan2 bersama kedua orangtua saya. Kami terbiasa berpergian kemana saja dengan menggunakan angkutan umum, yaitu bus. Ketika telah sore hari saya meminta kepada ayah saya agar pulang naik kereta karena saya belum pernah naik kereta saat itu. Ayah saya bilang lebih jauh dan lebih susah kalau naik kereta, dan ibu saya pun meyakinkan ayah saya dengan berkata: "iya, Dika kan belum pernah naik kereta". Saya ingat betul raut muka ayah saya dan saya saat itu bisa membaca bahwa ada sesuatu yang tidak diungkapkan dan akhirnya kami pun pulang ke rumah dengan bus.

Saya baru sadar sekarang betapa sayangnya orangtua saya kepada saya. Mereka, khususnya ayah saya tahu betapa tidak nyamannya naik kereta sore hari apalagi membawa anak kecil. Dia ingin memberikan kenyamanan kepada anaknya tercinta. Perlu diingat teman, saat itu belum ada kereta ekonomi AC apalagi Pakuan. Sekarang anakmu sudah besar dan harus melupakan kenyamanan tersebut karena, saya menyadari sebentar lagi saya akan keluar dari comfort zone...

Thanks for everything, I love you Mom & Dad...^__^

Memperingati sebulan berlalunya Ekspedisi Cuypala di gunung Slamet 3428mdpl

Cibinong 00.00 WIB, 27 Januari 2010

Hardika Widi Satria

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun