Mohon tunggu...
hardika widi satria
hardika widi satria Mohon Tunggu... -

saya seorang mahasiswa tingkat akhir yang hobinya jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Memoirs of Southern Track with Progo, Sebuah Refleksi Perjalanan Hidup

12 Mei 2010   06:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:15 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya: (cuma senyum... )

MWTJ: (raut muka kesel)!!...

Saya: (raut muka bodo amat)!!..hahaha

---Body charge pun sempat beberapa kali terjadi sepanjang perjalanan, tapi itu hal yang wajar di tengah suasana hiruk pikuk pengap kereta ekonomi---.

Human beings are more alike than unalike, and what is true anywhere is true everywhere, yet I encourage travel to as many destinations as possible for the sake of education as well as pleasure. (Maya Angelou-- Wouldn't Take Nothing for my Journey Now, "Passports to Understanding")

Walhasil saya berdiri di samping pintu belakang gerbong sambil megangin carrier. Tepat di pintu gerbong berdiri 2 pria paruh baya, yang satu pakai kaos dan satu lagi pakai kemeja. Ketika Progo melaju saya mulai merasa seperti alien, merasa terasing, ingin mengeluh, kesal dan ingin teriak karena situasi kereta yang tidak manusiawi. Ternyata mendumel sendirian serta mengeluh tidak mengubah keadaan cuy!!. Di stasiun Bumiayu saya sempat ngobrol dengan pria yang memakai kaos, dia sangat ramah dan setiap kali berbicara pasti selalu melempar senyum. Senyum khas pedesaan, senyum yang ikhlas, senyum yg belum terkontaminasi racun kota. Senyum yang kata J.J Rousseau dalam novelnya La Nouvelle Héloïse "senyum pedesaan yang bertolak belakang dengan kehidupan di kota yang hiruk pikuk, penuh ambisi dan kebohongan" (bisa dibayangin dong sob!! ^_^).

Sungguh kenikmatan tersendiri dapat berbincang walaupun sejenak tapi sangat berkualitas. Rasa lelah yang saya rasakan karena menahan carrier dengan kaki, paha serta tangan saya terasa lebih ringan ketika berbincang dengan mereka. Ternyata bapak ini naik dari Lempuyangan dengan tujuan Cirebon. Begitu pula dengan bapak yang satu lagi, dia juga naik dari Lempuyangan hanya saja tujuannya Jatinegara. Mendengar itu, saya kaget karena dari Lempuyangan saja bapak2 ini tidak dapat tempat duduk. Anyway, mereka adalah contoh orang2 tangguh yang tidak mudah mengeluh karena keadaan!!..hal itu juga yang memotivasi saya untuk tetap kuat walaupun berdiri sepanjang perjalanan sampai Jakarta!!

Selepas stasiun Bumiayu teman2 yg lain merapat, Aziz dan Dzinun sekarang berada di gerbong belakang, dekat dengan saya. Sedangkan Ambo dan Toad masih tetap berada di sambungan gerbong. Aziz menanyakan kepada saya "Ka, masih ada ruang gak?", saya jawab "gak ada". Karena carrier Aziz berada di sambungan gerbong dan sangat menyusahkan yg lain ketika pedagang asongan lewat, maka carriernya pun ditumpuk diatas carrier saya. Lumayan beban sekarang dibagi dua!! Hehehe ...MWTJ makin demek aja tuh mukanya!!wakakakak..

Sekedar info, ketika kondektur meminta tiket kereta MWTJ & rombongan hanya memberi 2 tiket padahal jumlah mereka ada 6 orang. Ketika kondektur terus mendesak tiket yang lain MWTJ hanya memberikan 2 lembar uang 10ribu dan 1 lembar uang 5ribu!. Kondektur bilang kurang dan MWTJ menimpalnya dgn 1 lembar lagi 5ribu. Gambaran pak kondektur persis seperti koruptor di TV, tua dengan perut buncit. Ya, mungkin ini adalah korupsi kelas cere, tapi saya langsung ingat perkataan guru agama saya dulu "selemah-lemahnya orang melawan ketika melihat kemunkaran adalah dengan doa". Dan saya seketika itu menjadi orang lemah sobat, karena hanya bisa melawan dengan doa. Tampaknya semua orang masa bodo dengan keadaan seperti ini, atau jangan2 mereka juga lemah seperti saya yg cuma bs melawan dgn doa??!..hahahah

Pernah saya ngobrol dengan teman saya di kampus tentang kereta ekonomi, dia berkata "orang bayar murah kok mau enak!". Saya awalnya setuju dengan pendapatnya itu tapi kemudian merenung dan makin sadar bahwa sistem keamanan sosial di negeri ini sangat parah hancurnya. Seharusnya subsidi yang berasal dari uang rakyat itu dialokasikan banyak untuk hal yang menyangkut fasilitas umum seperti kereta contohnya, tidak perlu bagus yang penting manusiawi. Setiap orang yang membeli satu tiket berhak mendapatkan tempat duduk, kereta ekonomi toh gak perlu AC, cukup jendela di buka pun nyaman. Saya rasa petinggi2 PT.KAI belum pernah naik kereta ekonomi!!..hahahah,,kalo pernah mereka pasti simpati & empati dan kalau mereka pintar juga cerdas pasti akan melakukan pembenahan atas kebobrokan ini!!!...jadi, kawan silakan simpulkan sendiri orang2 jenis apa mereka itu?? :p

Oke tadi saya ngomong sedikit tentang substansi,,now back to the story...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun