Mohon tunggu...
Hardi Darjoto
Hardi Darjoto Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Odoo

Penggemar buku, mulai dari Pramudya Ananta Toer sampai J.K. Rowling. Mulai dari novel sampai sejarah Islam. Termasuk majalah Tempo dan National Geographic. Pembaca harian Kompas sejak SMP (karena ayahnya agen koran di Bandung). \r\n\r\nSehari-hari berprofesi sebagai konsultan OpenERP (http://www.linkedin.com/pub/hardi-darjoto/20/64/517)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Syiah: Sejarah Perpecahan Umat

17 Agustus 2013   00:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:13 4535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tamim Ansary dalam bukunya "Dari Puncak Bagdad" menuliskan (hal 132-135):


"Sengketa tentang kekhalifahan bukanlah sekedar perjuangan dinasti. Isu-isu keagamaan kunci tertanam di dalamnya, karena pilihannya bukan hanya menyangkut siapa, tetapi juga apa pemimpin itu nantinya. Para pengikut Ali melihat dalam dirinya sesuatu yang tidak mereka lihat di dalam diri para pengklaim kekhalifahan yang lain: kualitas pemberian Tuhan yang membuatnya lebih dari manusia biasa. Sebuah kualitas yang mereka lihat terdapat dalam diri Muhammad juga. Tak seorang pun berkata bahwa Ali adalah utusan Tuhan. Tak seorang pun akan membuat klaim seperti itu (pada waktu itu, tentu saja), dan karena itu mereka memberi Ali gelar yang berbeda. Mereka mengatakan dia adalah imam.

Ketika orang Syiah mengatakan "imam", mereka memaksudkan sesuatu yang jauh lebih dimuliakan. Bagi orang Syiah, di dunia ini selalu hanya ada seorang imam, dan tidak pernah lebih dari satu. Mereka berangkat dari premis bahwa Muhammad memiliki beberapa substansi mistis yang nyata diberikan kepadanya oleh Allah, semacam energi, semacam cahaya, yang mereka sebut barokah Muhammad. Ketika Nabi meninggal, barokah itu diteruskan kepada Ali, dan pada saat itulah Ali menjadi imam pertama. Ketika Ali meninggal cahaya itu diteruskan kepada Hasan yang menjadi imam kedua. Kemudian percikan itu diteruskan kepada Hussein adik Hassan, yang menjadi imam ketiga. Ketika Hussein mati syahid di Karbala, seluruh gagasan tentang "imam" berkembang menjadi sebuah konsep teologis yang kaya yang menjawab hasrat religius yang tak terpenuhi oleh doktrin arus utama saat itu.

Doktrin arus utama, seperti yang dicetuskan oleh Abu Bakar dan Umar, mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang utusan yang menyampaikan serangkaian instruksi bagaimana menjalani hidup. Pesan itu adalah satu-satunya yang penting. Selain menyampaikan Al-Quran, makna keagamaan Muhammad hanyalah sunnahnya, contoh yang beliau tunjukkan melalui cara hidupnya, teladan yang bisa diikuti orang lain jika mereka ingin hidup dalam rahmat Allah. Orang-orang yang menerima doktrin ini akhirnya dikenal sebagai Sunni, yang membentuk kurang lebih sembilan puluh persen populasi Muslim saat ini.

Syiah, sebaliknya, merasa bahwa mereka tidak bisa membuat diri mereka layak masuk surga hanya dengan usaha mereka sendiri. Bagi mereka, instruksi tidak cukup. Mereka ingin percaya bahwa bimbingan langsung dari Allah masih berlangsung di dunia, melalui beberapa orang terpilih yang bisa menaungi orang-orang beriman lainnya dalam berkah yang menyelamatkan jiwa, beberapa tokoh yang masih hidup untuk menjaga dunia tetap hangat dan murni. Mereka mengadopsi istilah imam untuk tokoh yang menentramkan ini. Kehadirannya di dunia memastikan kemungkinan berlanjutnya mukjizat."


Demikian akhirnya kelompok Syiah dan seluruh doktrin teologinya bertahan sampai saat ini, walaupun dalam perjalannyanya kelompok ini pun terpecah-pecah lagi.

Daftar Pustaka:
1.Ali Audah, Ali bin Abi Talib sampai ke Hasan dan Hussein, Pustaka Litera AntarNusa, cetakan 8, 2011
2. Tamim Ansary, Dari Puncak Bagdad, Sejarah Dunia Versi Islam, Penerbit Zaman, cetakan 2, 2010
3. Karen Armstrong, Sejarah Singkat Islam, Ikon Teralitera, cetakan 3, 2003
4. Farag Fouda, Kebenaran Yang Hilang, Dian Rakyat, dan Yayasan Wakaf Paramadina, cetakan 2, 2008
5. Imam As-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa, preview ebook

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun