Kita perlu bantuan. Coba cek di situs yang dibuat oleh Koalisi Bersih 2014, gabungan beberapa organisasi non-pemerintah yang mengkampanyekan calon legislator bersih. Koalisi Bersih ini terdiri dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Indonesia Corruption Watch (ICW), Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK), dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi). Di situs ini kita dapat mencari daftar calon bersih menurut Koalisi Bersih 2014 sesuai dengan daerah pemilihan.
Bisa jadi di daerah pemilihan kita tidak ada calon legislator yang direkmomendasikan oleh Koalisi Bersih 2014. Kita bisa cari referensi lain, misalnya di Jari Ungu.
Referensi lainnya bisa dilihat di Masyarakat Indonesia Pendukung Pemberantasan Korupsi. Kelompok ini konon telah melakukan sortir atas lebih dari 6000 caleg sesuai dengan kriteria mendukung pemberantasan korupsi.
Sortir ala Bimbingan Tes
Jika referensi juga belum membantu kita untuk menentukan pilihan, maka cara terakhir adalah cara Bimbingan Tes, yaitu menghapus / mengurangi pilihan. Untuk itu kita memerlukan kriteria yang kita tentukan sendiri. Misalnya gender. Jika kita ingin memilih perempuan, maka kurang lebh 70% dari daftar calon legislator itu akan terhapus. Kita tinggal memilih 30% saja. Kriteria lain misalnya ideologi partai. Bila kita hanya ingin memilih calon dari partai berbasis agama, maka ada 5 partai saja yang kita pertimbangkan (kurang lebih 40-50 orang saja, dibanding 100-120 orang).
Bila Anda menilai kinerja parlemen 2009-2014 tidak memenuhi harapan Anda, Anda bisa pertimbangkan untuk tidak memilih mereka lagi. Situs Jari Ungu memberi informasi caleg mana saja yang saat ini duduk di DPR 2009-2014. Sayangnya, info ini tidak tersedia untuk DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten / Kota. Memilih caleg dengan nomor urut besar (bukan 1 atau 2) bisa juga dilakukan bila Anda ingin memilih legislator baru, karena biasanya legislator petahana (incumbent) menempati nomor urut di atas (nomor 1-2-3).
Kemudian bisa juga anda pasang filter domisili. Pilihlah caleg yang tinggal / berdomisili di daerah pemilihan Anda. Info domisili caleg bisa diperoleh di Jari Ungu. Bila masih perlu menghapus pilihan, pasang filter usia, misalnya pilih yang berusia 40-60 tahun saja. Di Jari Ungu juga ada informasi usia caleg.
Terakhir, setelah kerepotan memilih caleg ini, usahakan tetap memilih, jangan golput. Golput hanya laku di jaman Orde Baru, ketika demokrasinya pura-pura. Sekarang ketika seluruh proses politik mengandalkan legitimasi dari rakyat, bersikap golput berarti membiarkan keburukan (oleh oknum-oknum) tetap terjadi. Jika tetap tidak bisa menentukan pilihan, datanglah ke TPS, dan coblos semua pilihan yang ada.. Jangan biarkan surat suara tidak terpakai dan kembali utuh ke KPU, karena sesuatu bisa terjadi selama perjalanan dari TPS ke KPU.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H