Puisi prismatis adalah sekerat puisi yang menggunakan pengimajian, majas, perlambangan, dan memiliki makna yang luas. Beberapa contoh puisi prismatis ialah Hujan Bulan Juni karya Sapardi, Malam Lebaran karya Sitor Situmorang, dan lain-lainnya.Â
Beberapa berpendapat bahwa puisi prismatis tidak menggunakan bahasa sehari-hari. Kalaupun menggunakan bahasa sehari-hari, seharusnya tidak mudah dipahami. Perlu beberapa kali baca untuk memahami isi puisi.
Berikut contoh puisi prismatis dengan bahasa sehari-hari, namun memiliki makna ganda dan luas, yang dapat memperkaya wawasan Anda:
FITOREMEDIASI|| Puisi Dian Chandra
malam-malam engkau merokok. menghabiskan tembakau. yang masih ingin menyucikan cemaran. yang bermukim di sana sini.Â
sedang engkau menjadikan tembakau dalam gulita hidupnya. dalam balutan asap. yang membakar habis kebajikan. yang tuhan taruh di dalam sana. dalam-dalam. diam-diam.
tembakau merajuk. engkau takluk pada batang-batang rokok. yang kian gemar mencium bibir dan jari jemarimu. pada suatu hari yang santuy. pada suatu waktu yang kauumpat. pada suatu tafsir.
diam-diam, tembakau melepas kewarasan. ia telah mabuk nikotin. bersama kau. bersama-sama.Â
Toboali, 24 Desember 2022
Contoh puisi prismatis lainnya, diperlukan pengetahuan perihal sejarah untuk mengetahui maknanya:
LAJU AKSARA TIMAH || Puisi Dian Chandra
Abad ke tujuh
Patung timah menyeru
Sang datuk keliru
Terburu menyumpah lanunÂ
Dalam perut bumi
Aku mengais jejak timah
Begitu suruhmu
Hingga buntung kakiku
Dunia terus beradu
Tak tahu malu
Mengayak butir timah
Sendiri dalam kilah buru
AC hidup memberi sejuk
Ia duduk mengatur
Matahari merajuk
Kami tak tahu mundur
Toboali, 10 Agustus 2021
Contoh puisi prismatis lainnya, dengan tema hewan:
HIU GREENLAND || Puisi Dian Chandra
dini hari memanggilku
ia hendak memperbincangkan
keinginanku yang purba
-- berdiam dalam lautan
lalu mengisi waktu
dengan sungguh sungguh
kukatakan, "aku adalah hiu greenland!"
yang panjang umur
usai meracuni nelayan
yang paling payah
di lautan, akan kukunjungi keabadian
lewat metabolisme
yang selalu melambat
: sedikit sedikit
sedang dini hari mulai mematung
-- mungkin ia ingat akan gigil
yang tak abadi
mungkin ia hendak pulang
menuju pangkuan pagi
yang selalu lekas mati
tiba tiba keinginanku timbul
: lekas kukuras minyak
yang bermukim di tubuhku, di wajahku, di jantungku
~sebab orang orang selalu menggilainya~
Toboali, 29 Juni 2022
Demikian lah contoh puisi prismatis, semoga tak bikin kening berkerut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H