Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kalong-Kalong || Cerpen Dian Chandra

11 November 2023   10:43 Diperbarui: 11 November 2023   10:56 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukankah yang lebih gila itu justru si Tetua dan kawanan kalong bodoh itu? Kegilaan macam apa itu yang rela menggosongkan badan di kabel-kabel listrik hanya demi menikmati kegelapan di mana-mana? Hanya demi melihat kelam di hati penduduk Desa Mesam Mesem. Huh! Gila, sungguh gila! Aku sudah muak!

kekejian ini nyata,
tulang-tulang jatuh
dari pokok-pokok kabel
: sedang aku tak ingin makan
tulang
dan menumpuk kematian

Setelah lelah melihat pemandangan sate kalong, pada akhirnya kulampiaskan kemarahanku kepada Tetua Kalong yang semakin sepuh dan rapuh itu.

"Tidakkah kau lihat, pohon-pohon tempat kita bernaung dan mencari makan telah semakin berkurang. Ulah siapa lagi, kalau bukan ulah orang-orang itu, yang gemar mendukung gedung-gedung dan mencampakkan alam," tutur Tetua, nadanya tegas. Aku pun kikuk.

"Orang-orang itu membikin garis kematian semakin mendekati kita. Tak lama lagi tak akan ada lagi kawanan kalong. Lalu untuk apa kita bertahan dengan segala kemalangan ini? Orang-orang itu harus merasakan segala kekelaman ini. Biar, biar saja mereka mandi keringat di gelap malam. Biar, biar saja anak-anak mereka merengek-rengek karena kepanasan dan takut gelap. Biar, biar saja peralatan listrik mereka menjadi tak berguna. Biar, bisa saja kekelaman menguasai hati mereka."

Kau tahu, setelah itu ramai-ramai kawanan kalong menyerbu pemukiman penduduk Desa Mesam-Mesem. Menyebarkan segala kepijit dan mematikan segala cahaya. Uhh, aku tak tahu hendak kemana.

Maka ini lah kisahku, yang kutulis sembari bergelantungan di kabel-kabel. Uhh, aku merasa keren sekali.

Tamat

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun