Bab 4Â
Skizofrenia Paranoid
Bandung, 2010
Seorang perempuan paruh baya sedang berjalan setengah berlari melewati lorong rumah sakit. Tujuannya ada pada ruang Bougenvile, tempat dimana anaknya dirawat.
Pagi tadi, sekitar pukul 05.30 WIB, ia mendapatkan telepon daru seorang polisi yang mengatakan bahwa putrinya jatuh dari atas bianglala. Tentu ia panik bukan main. Terlebih mputrinya yang telah hilang selama satu hari itu, ditemukan dalam kondisi berdarah-darah di sekujur badannya di sebuah wahana permainan di Kota Bandung.
"Bandung, sejauh itu kau pergi, Ren?" batin perempuan paruh baya berambut sebahu itu.
Sesampainya di depan kamar yang dimaksud, kehadirannya segera disambut oleh dua orang polisi, satu orang pria paruh baya, seorang dokter, dan beserta dua orang perawat.
"Apa yang sedang terjadi? Bagaimana keadaan Rena?" cecarnya, penuh dengan kepanikan.
Seorang pria berumur tak lebih dari empat puluh lima tahun, berprofesi dokter segera menghampiri, "Anak ibu mengalami patah pada kedua kakinya. Namun, ada satu hal penting yang nanti perlu dibicarakan lebih lanjut. Untuk saat ini, temuilah dahulu anak Anda!" jawab  dokter berkacamata itu.
Ternyata perempuan dengan wajah cemas itu adalah ibu dari Rena. Seorang single parent, bernama Nida.