Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Aksara Mimpi || Bab 3 Ilusi

8 Oktober 2023   11:49 Diperbarui: 8 Oktober 2023   12:56 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku akan menghidupkan dongengmu itu." sahutnya dengan lantang.

***

 Malam telah larut, seorang gadis berseragam SMA masih duduk termangu di atas sebuah bianglala, di sebelahnya duduk pula seorang pria jangkung. Bersama-sama mereka bercerita macam-macam, meski itu terdengar absurd sekalipun. Ya, keduanya adalah Rena dan Salvat. Mereka belum juga beranjak dari Bandung, masih saja bermain-main dengan pikiran masing-masing.

 "Selama hampir sepuluh tahun, Dea selalu bermimpi lelaki yang sama. Dalam mimpinya, ia dan lelaki itu hanya berada di satu lokasi yang sama, yakni sebuah kereta tak bertujuan yang terus melaju selama hampir sepuluh tahun ia bermimpi. Karena penasaran dan lelah terus menerus bermimpi, suatu hari Dea memutuskan untuk menjelajahi setiap kereta yang terlihat mirip seperti di dalam mimpinya. Apakah Dea akan bertemu dengan Nald, lelaki dalam mimpi itu? Ataukah Nald hanyalah bunga tidur saja?" Gadis itu memberikan ekspresi sendunya setelah ia mengakhiri kisahnya dengan pertanyaan.

            "Apakah gadis itu kamu, Ren?" sindir Salvat.

            "Bisa ya, bisa tidak. Aku tak pernah bermimpi seperti itu," kelitnya. Ia mulai mengacak-acak rambutnya.

            "Faktanya kau ke sini menumpang kereta...," ejek Salvat. Ia turut mengacak-acak rambut gadis yang duduk di sebelahnya.

            "Apakah kau bosan dengan hari-harimu?" tanya Salvat, ia memandang bulat-bulat wajah gadis di sampingnya.

            "Mungkin begitu, hari-hariku sangat buruk. Teman-teman sekolah yang jahat, ayah yang jahat, ibu yang harus berkerja ...," jawab Rena dengan nada rendah.

            "Aku pun begitu. Ayah yang sibuk, terus memaksaku untuk menjadi penerus bisnisnya..., ibu yang entah dimana keberadaanya, terakhir kutahu ia tengah berlibur di Miami..., sungguh hari-hari yang membosankan, bukan?"

            "Bagaimana kalau kita melakukan sesuatu?" tanya Salvat antusias. Matanya mendadak berbinar-binar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun