Bab 2
Salvat Breogan
Jakarta, 2010 (pukul 05.30 WIB)
Sepagi ini Rena telah berpakaian seragam sekolah lengkap. Mamanya sempat curiga, mengapa ia berangkat sekolah sepagi ini? Namun, dengan tenang Rena menjawab, " Hari ini aku ada ujian, Ma. Jadi harus berangkat lebih awal. Supaya dapat belajar dan menyiapkan diri dengan tenang!"
Mamanya pun mengangguk mengijinkan, meski hatinya merasa ganjil.
Rupa-rupanya, Rena tak berangkat ke sekolah. Malahan, ia beralih menuju ke arah stasiun. Ya, Rena memutuskan untuk bolos sekolah, dan justru berencana pergi ke Bandung dengan menaiki kereta api eksekutif. Kereta dijadwalkan akan meluncur tepat pukul 06.50 WIB dari Stasiun Gambir.
Sejak dini hari tadi, ia memang telah merencanakan dengan matang untuk berkelana seorang diri menuju Bandung. Ia menginginkan suasana yang berbeda. Sungguh, ia lelah dengan ledekan teman-teman sekelasnya. Hanya karena wajahnya menghitam bekas cacar api.
Rena yang telah beranjak remaja itu, tentu saja malu dengan keadaan wajahnya yang tak semulus dan sebening teman-teman perempuannya. Bahkan teman laki-laki di kelasnya, memiliki wajah yang jauh lebih mulus dari dirinya.
Hati Rena terasa pedih, tatkala mengingat itu semua. Cairan bening di kedua kelopak matanya mulai menggelayut, bersiap terjun menuju kedua pipinya. Sesak pun mulai ia rasakan.
Tiba-tiba dari arah jalur 2, terdengar suara derit kencang tatkala kereta akan berhenti. Rena segera melangkahkan kakinya menuju salah satu gerbong. Ia hanya membawa tas ransel berukuran sedang yang di dalamnya telah ia selipkan dua helai pakaian ganti, dompet berisi kartu-kartu penting dan uang, sunscreen, Â handuk kecil, botol minum, kaos kaki dan ponsel. Tatkala telah sampai pada nomor kursinya, segera ia pindahkan ranselnya dari punggung ke dalam dekapannya, sembari ia mendudukkan diri pada sebuah kursi nan empuk.