Dari ekor matanya, Rena dapat melihat Salvat. Seorang pria muda, berkebangsaan Spanyol, dengan tinggi badan sepanjang galah, rambut hitam, kulit eksotis, badan nampak berotot, sedang duduk santai di sampingnya dengan pakaian serba hitam.
Seketika Rena merasa seperti ada kepak sayap kupu-kupu di perutnya. Sungguh aneh. Ia tak ingin mengakui, jika cinta telah datang begitu saja.
Ahh, tiba-tiba Rena menginginkan lebih dari sekadar mengobrol.
Ya, Rena ingin memiliki pria berkemeja hitam yang kini tengah memandang ke luar jendela.
Sementara hari beranjak siang. Rena tak sedikitpun merasa mengantuk. Ia harus selalu terjaga, agar dapat memandang wajah Salvat sepuasnya.
Benar saja usai berbasa-basi, bertanya ini itu, dan bercerita seperlunya, akhirnya Salvat pun tertidur. Meski agak kesulitan untuk merenggangkan kakinya yang jenjang.
Rena mengatur nafas. Ingin ia abadikan wajah tampan Salvat dalam ponsel canggihnya. Segera saja, ia rogoh kantung ransel, mengambil ponsel canggihnya. Lalu menjepret Salvat dari samping.
Tanpa melihat hasil foto, gegas ia taruh kembali ponsel ke dalam ransel. Jelas, ia tak ingin Salvat terbangun dan mengetahui ulahnya. Salah-salah, ia bisa dimarahi karena melanggar privasi dengan mngambil fotonya secara diam-diam, tanpa ijin.
Setelah puas mengambil foto, tiba-tiba saja Rena merasa takut kehilangan. Sudah pasti ini akan jadi pertemuan pertama sekaligu terakhir mereka. Rena mulai gelisah. Untuk menutupi kegelisahannya, ia mencoba menatap ke luar jendela. Namun, nihil. Pemandangan indah yang disombongkan oleh para penikmat perjalanan, kini tak lagi menarik di mata Rena. Sebaliknya, pria berkaki jenjang di sebelahnya lah yang mulai jadi pusat perhatiannya.
Rena mengembus nafas kasar. Ia sadar diri, mana mungkin pria asing ini menginginkan dirinya. Pada akhirnya, Rena pun menyerah. Ia memaksa pikirannya untuk hanya memandang ke luar jendela saja, sembari meneguk air mineral sebanyak-banyaknya agar tenang hatinya.
Waktu berlalu begitu saja. Suara derit kencang kembali terdengar, pertanda kereta telah mencapai tujuannya. Para penumpang bergegas turun, lalu berjalan tergesa-gesa menuju pintu ke luar. Rena pun ingin turun. Namun, terhalang oleh keberadaan Salvat yang masih tertidur.