Setelah kudanya tenang. Salah satu dari penunggang kuda itu, seorang wanita dengan lincah turun dari punggung kuda. Wanita itu tampaknya berumur sekitar tiga puluhan. Dengan tenang pula ia menghampiri si gadis. Wanita itu pun menanyakan "mengapa seorang gadis muda terlihat sendirian di tengah hutan rimba? Apakah kau tersesat". Tanyanya. Lalu si gadis pun menjawab "aku tidak sedang tersesat. Tujuanku ialah Mandala Sagara. Namun, tidak beruntungnya aku tidak memiliki alat transportasi untuk ke sana. Disebabkan ketidakmampuanku untuk membeli alat transportasi. Meski itu hanya sebuah pedati." Jelas si gadis dengan ramah namun terdengar pasrah.
Lalu secara bergantian Sang wanita pun menjelaskan siapa dirinya. Ternyata ia dan kedua rekan prianya itu adalah seorang pedagang yang memang setiap tiga bulan sekali selalu datang ke mandala Sagara untuk menjual dagangan mereka. Si gadis memandang ke ke arah kuda-kuda. Ia ingin memastikan dagangan seperti apa yang mereka ingin jual. Namun, ia tak menemukan apapun yang dirasanya dapat dijadikan sebagai barang jualan.
Sang wanita nampaknya paham akan rasa kebingungan itu. Ia lalu menjelaskan kembali bahwa barang dagangannya diangkut oleh para pegawainya dengan sebuah pedati. Para pegawainya itu berada di belakang. Sengaja, supaya ia dan rekan-rekannya dapat lebih dulu menemui kepala wanasrama.
Setelahnya sang wanita menawarkan tumpangan kepada si gadis. Dengan senang hati tawaran tersebut diterima. Sang wanita bercerita lebih banyak mengenai dirinya selama dalam perjalanan. Rupanya ia bernama Dharani. Adapun kedua rekannya masing-masing bernama Balyang dan Bacchu
Secara berapi-api Dharani pun menceritakan keinginannya untuk menjadi seorang baigram. Baigram adalah sebutan untuk seorang saudagar perempuan. Meski terlihat mustahil, namun dengan penuh kepastian ia berkata bahwa "Prasasti Jurunan dari abad ke sembilan telah mencatatkan bahwa di tengah masyarakat jabatan tertinggi tidak diperoleh melalui darah dan keturunan, tapi masyarakatlah yang berhak memastikannya!" Tegasnya.
Mendengar hal tersebut, semakin bersemangatlah si gadis untuk menuju Mandala sagara. Diam-diam ia menerbitkan sebuah doa kepada dewanya. Semoga ia bisa memiliki ilmu yang cukup agar bisa dihormati oleh masyarakat dan menjadi pelayan dewa. Pintanya sungguh-sungguh.
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H