Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kisah di Balik Tembok Istana Kuno || Cerbung Dian Chandra

7 Oktober 2023   23:16 Diperbarui: 7 Oktober 2023   23:18 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Setelah kudanya tenang. Salah satu dari penunggang kuda itu, seorang wanita dengan lincah turun dari punggung kuda. Wanita itu tampaknya berumur sekitar tiga puluhan. Dengan tenang pula ia menghampiri si gadis. Wanita itu pun menanyakan "mengapa seorang gadis muda terlihat sendirian di tengah hutan rimba? Apakah kau tersesat". Tanyanya. Lalu si gadis pun menjawab "aku tidak sedang tersesat. Tujuanku ialah Mandala Sagara. Namun, tidak beruntungnya aku tidak memiliki alat transportasi untuk ke sana. Disebabkan ketidakmampuanku untuk membeli alat transportasi. Meski itu hanya sebuah pedati." Jelas si gadis dengan ramah namun terdengar pasrah.

Lalu secara bergantian Sang wanita pun menjelaskan siapa dirinya. Ternyata ia dan kedua rekan prianya itu adalah seorang pedagang yang memang setiap tiga bulan sekali selalu datang ke mandala Sagara untuk menjual dagangan mereka. Si gadis memandang ke ke arah kuda-kuda. Ia ingin memastikan dagangan seperti apa yang mereka ingin jual. Namun, ia tak menemukan apapun yang dirasanya dapat dijadikan sebagai barang jualan.

Sang wanita nampaknya paham akan rasa kebingungan itu. Ia lalu menjelaskan kembali bahwa barang dagangannya diangkut oleh para pegawainya dengan sebuah pedati. Para pegawainya itu berada di belakang. Sengaja, supaya ia dan rekan-rekannya dapat lebih dulu menemui kepala wanasrama.

Setelahnya sang wanita menawarkan tumpangan kepada si gadis. Dengan senang hati tawaran tersebut diterima. Sang wanita bercerita lebih banyak mengenai dirinya selama dalam perjalanan. Rupanya ia bernama Dharani. Adapun kedua rekannya masing-masing bernama Balyang dan Bacchu

Secara berapi-api Dharani pun menceritakan keinginannya untuk menjadi seorang baigram. Baigram adalah sebutan untuk seorang saudagar perempuan. Meski terlihat mustahil, namun dengan penuh kepastian ia berkata bahwa "Prasasti Jurunan dari abad ke sembilan telah mencatatkan bahwa di tengah masyarakat jabatan tertinggi tidak diperoleh melalui darah dan keturunan, tapi masyarakatlah yang berhak memastikannya!" Tegasnya.
Mendengar hal tersebut, semakin bersemangatlah si gadis untuk menuju Mandala sagara. Diam-diam ia menerbitkan sebuah doa kepada dewanya. Semoga ia bisa memiliki ilmu yang cukup agar bisa dihormati oleh masyarakat dan menjadi pelayan dewa. Pintanya sungguh-sungguh.

Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun