Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mak Ngah dan Tiga Biri-Biri yang Berlarian di Kepalanya || Cerpen Dian Chandra

24 September 2023   22:16 Diperbarui: 3 November 2023   21:45 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MAK NGAH DAN TIGA BIRI-BIRI YANG BERLARIAN DI KEPALANYA*

Cerpen ini telah terbit di Mbludus.com dan masuk sebagai cerpen pilihan 2023

Mak Ngah minggat, usai beradu mulut dengan ibu kandungnya sendiri. Sesungguhnya, hanya perihal yang amat sepele, yakni kapan perempuan berumur tiga puluh dua tahun itu menjadi lebih mandiri tanpa menggantungkan diri kepada kedua orang tuanya yang mulai sepuh. Begitulah, kalimat padat yang dilontarkan ibunya. Sebab, Nek Jum --nama si ibu-- mulai lelah mesti mengasuh anak-anak Mak Ngah setiap saat. Sedang, Mak Ngah masih belum jelas kehidupannya. Suaminya --Pak Ngah-- hanya pekerja serabutan yang doyan pilih-pilih pekerjaan. Tanpa memikirkan kehidupan keluarga kecilnya. Pun, tentu saja mana terpikirkan perihal Nek Jum yang masih harus mengurus anak-anaknya dan tentu ... tentu saja mesti membiayai keperluan Mak Ngah dan anak-anaknya.

Maka jadilah kini Mak Ngah di terminal Habang. Ia sibuk mematut-matut diri pada kaca jendela bus. Perempuan beranak tiga itu menarik napas kencang, mengacak-acak rambutnya, lalu melangkah menjauhi bus, menuju pusat keramaian yang berada tak jauh darinya --tempat para supir dan kernetnya duduk-duduk sembari mengudut, ngopi, dan ngobrol ngalor-ngidul.

Dengan hati-hati Mak Ngah mendekati kawanan pria penggemar touring itu. Sedang waktu telah menunjukkan pukul 17.30 WIB dan sedikit lagi hendak magrib. 

"Assalammualaikum, Abang-abang!" sapa Mak Ngah pelan. Sungguh, ia sedang menguat-nguatkan tekadnya dan menumbuhkan keberaniannya yang hampir padam. Jika saja ia tak ingat, bahwa ia hendak membikin sejarah baru di hidupnya. Ya, ia ingin mendapatkan peruntungan hidup yang lebih baik lagi di negeri seberang. Tentu saja, ia lakukan demi membungkam mulut ibunya, yang ia rasa sangat menghinanya. Ahh.

"Waalaikum salam!" jawab para supir dan kernet berbarengan. 

"Ada apa, Yuk?" tanya salah satu dari mereka. Mendengar pertanyaan yang tak disangka-sangkanya itu, Mak Ngah mulai gelagapan dan sibuk mengatur kalimatnya.

"Anu, Bang. Aku mau ke Pulau Mengkudu. Apa masih ada bus yang akan jalan malam ini?" tanya Mak Ngah hati-hati. Sungguh, sebetulnya ia tak yakin. Mengingat sejenak lagi tahun 2014 akan segera berakhir, hanya tinggal menghitung jam. Biasanya, menjelang malam tahun baru sudah tak ada lagi para supir yang mau beroperasi. Masing-masing lebih memilih menghabiskan tahun baru bersama keluarga tercinta, atau jika tidak ya ... berkumpul bersama teman-temannya.

Suasana hening sejenak, para supir dan kernet saling berpandangan. Mungkin mereka meragukan kewarasan perempuan yang berdiri takut-takut di hadapan mereka. 

"Ada perlu apa, Yuk?" tanya seorang pria dengan tompel di wajahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun