Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Igle The Demon Knight

4 September 2023   14:48 Diperbarui: 4 September 2023   14:57 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh kuat betul ksatria itu. Kini pintu besi itu telah menganga lebar. Membuat si empunya rumah, dan para tamu undangan terlonjak kaget. Semuanya menatap cemas pada sosok di depan pintu. 

"Trasmoz, waktumu telah habis! Kesenanganmu itu semu," teriak sosok ksatria. Suaranya nyaris membuat copot jantung keluarga kaya tersebut. Seketika pucat pasilah mereka semua. Salah satu dari mereka, berujar, "Petarung Kuno telah datang." Ucapan itu rupanya membuat keturunan Trasmoz tersentak. Pelan-pelan, meski samar mereka mulai mengingat petuah kuno dari leluhur mereka, Trasmoz Pertama.

"Jika suatu hari nanti muncul sosok ksatria berbaju besi dengan suaranya yang lantang, maka segera buatlah lingkaran ... rapalkan mantra. Ia ... ia ... Ksatria kiriman Iblis akan datang. Menyelamatkan kalian semua. Ingat itu!" pesan Trasmoz Pertama, diujung usianya.

Salah satu dari keturunan Trasmoz Pertama, Bartoli Trasmoz,  rupanya masih mengingat betul petuah kakeknya. Segera, ia kumpulkan seluruh keturunan Trasmos dalam satu lingkaran besar. Laki-laki berumur tiga puluh tiga tahun itu cukup kesulitan, disebabkan ulah para tamu undangan yang mendadak histeris, tatkala melihat kilauan pedang yang sedang dipegang oleh sosok berbaju serba hitam itu. 

Sementara itu, Sang Ksatria juga tak kalah cepatnya bertindak, mengayunkan pedangnya pada keturunan Trasmoz. Sekali tebas, leher seorang pemuda tampan dengan segera mengucurkan darah segar. Seketika para tamu menjerit dan berlarian ke sana ke mari. Mereka hendak ke luar ruangan. Namun, secara ajaib pintu kokoh yang tadi menganga, mendadak menutup dengan sendirinya. Menimbulkan suara berdebam yang memekakkan telinga. 

 Ksatria itu segera menuju buruan lainnya. Di dalam topeng yang dikenakan sedari awal, ia sedikit menyunggingkan senyum, senang buruannya membludak dan berada dalam satu ruangan. Bukankah itu mempermudah pekerjaannya. Maka majulah sosok ksatria itu, semakin dekat dengan lingkaran yang sedang coba dibuat oleh Bartoli. Sebuah lingkaran yang harus dibuat dari persatuan tangan anak keturunan Trasmoz Pertama. Tentu, dengan disertai sebuah mantra pamungkas; pemanggil Ksatria Iblis. 

"Ayo, kita rapalkan mantra tua itu!" teriak Bartoli. Tangan kanannya  erat memegang tangan keriput Grandma And, sedang pada tangan kirinya ada genggaman si kecil Alwar. Bersama-sama keturunan pengabdi Iblis itu memanggil Ksatria lain, untuk menandingi kekuatan ksatria suci tadi.

"Gar ... gar ... garganta. Mi garganta ... suaraku memanggil, meminta kasih, meminta hidup ...," teriak Bartoli dan saudara-saudaranya. Mereka benar-benar ketakutan, tepatnya takut mati. Diantara mereka bahkan ada yang sampai terkencing-kencing. 

"Trasmoz, keturunanmu akan habis. Persekutuan kejimu itu akan segera berakhir." Sesumbar sosok ksatria dengan rambut panjang mencuat di balik topeng besinya itu. Sosok itu perlahan mendekati lingkaran tangan, ia yakin betul akan membantai habis keturunan Trasmoz, lalu bersegera menuju pengabdi Iblis selanjutnya. Sebagaimana diperintahkan oleh tetua Man. 

Dekat, sungguh dekat. Sosok itu mulai mengayunkan lagi pedangnya. Kali ini pada salah satu tangan yang tampak erat menggenggam tangan milik lelaki di sebelahnya. 

Craang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun