IGLE THE DEMON KNIGHT
By: Dian Chandra
Prolog
Langit malam Desa Trasmoz tampak mengerikan. Tak ada bintang, pun bulan. Sementara awan hitam bergulung-gulung disertai dengan angin yang berembus kencang, menerbangkan beberapa benda. Tak lama kemudian muncul kilat dan petir yang menggelegar memekakkan telinga, lalu hujan pun turun.Â
Warga desa menutup pintu dan jendela rumah masing-masing, bersembunyi di balik selimut dan perapian. Sebagian lainnya mendekap pasangan, saling berbagi keberanian. Sungguh, tak ada satupun yang nekat ke luar rumah. Mereka tahu ada bahaya di luar sana yang sedang mengintai. Entah, ditujukan kepada siapa. Para warga miskin itu tak ambil peduli. Cukup dengan mengamankan diri mereka sendiri beserta orang-orang terkasih.
Sementara itu, di waktu yang sama. Di sana, di atas bukit, telah lama bertengger bangunan megah berbentuk kastil. Di dalam kastil itu berlindung keluarga bangsawan. Bangsawan Trasmoz, orang-orang memanggilnya, penguasa utama Desa Trasmoz. Konon, keluarga tersebut bersekutu dengan Iblis dan berkawan dengan para penyihir untuk mengokohkan kekuasaan mereka, turun temurun.Â
Ya, sejak abad ke-12 Bangsawan Trasmoz mulai berkuasa dan membangun kastil sebagai wujud kesombongan. Mereka tak takut akan melarat ataupun dihantui rasa bersalah sebab tak menyetor pajak kepada pihak gereja. Sebab, ada Iblis yang menjanjikan kejayaan, pun dengan para penyihir yang akan selalu siap sedia melindungi nyawa keluarga bangsawan Spanyol itu.
Malam semakin larut. Suara burung hantu mulai terdengar, sedang hujan dan angin kencang disertai kilat dan petir tak kunjung berhenti. Masih sama mengerikannya. Begitulah, pikir para warga yang bermukim tepat di bawah kaki bukit. Sebaliknya, bagi para bangsawan yang bernaung di bawah megahnya kastil dengan dinding-dinding tebal dan kokoh, tentu saja tak terasa menakutkan. Hujan, angin, kilat, dan petir tak akan mampu meruntuhkan kastil yang dibangun dengan bahan-bahan bangunan terbaik itu, begitulah pikir sebagian dari keluarga bangsawan itu. Sehingga keluarga kaya raya itu pun memulai pesta dengan tenang.
 Keluarga Bangsawan Trasmos masih saja berpesta; berdansa, melahap makanan tanpa berhenti, bernyanyi, mabuk-mabukkan, hingga melakukan hal-hal tak senonoh lainnya, seperti berkencan dengan budak di depan pasangan masing-masing. Hingar bingar terasa betul di sana.Â
Tanpa mereka sadari, di sana, tepat di balik pintu raksasa berukirkan tumbuhan menjalar, mendadak muncul kilatan cahaya yang kemudian menghadirkan sesosok ksatria berbaju besi. Siap mendobrak pintu.Â
Braaak!