Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lei si Lumba-lumba Kecil Karya Dian Chandra

26 Agustus 2023   22:48 Diperbarui: 26 Agustus 2023   22:55 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si Ketam dan Si Buntal mengijinkan Lei dan Puti masuk ke dalam istana Dewa Laut. Puti segera mencari ayahnya. Ayahnya, Sang Dewa Laut sedang duduk di atas singgasananya yang berasal dari cangkang kerang mutiara berukuran raksasa.

Dewa Laut berbentuk seekor duyung tua. Dari badan hingga kaki berupa badan ikan yang bersisik dan dilengkapi dengan ekor berwana hitam. Dari bagian dada, leher hingga kepala berbentuk selayaknya bagian tubuh manusia, dilengkapi dengan rambut putih yang panjang, jenggot putih yang tak kalah panjangnya dan kumis putih yang lebat. Terlihat Dewa Laut adalah pria tua.

"Ayah, aku ingin ayah membantu temanku yang bernama Lei ini! Dia seorang lumba-lumba kecil yang setiap hari menemaniku berenang dan bercerita." ungkap Puti kepada ayahnya.

"Hohoho...!Apa yang dapat aku bantu, wahai putri kecilku?" tanya sang ayah.

" Aku ingin kau memberikan temanku ini suatu aktivitas yang dapat menghubungkan dia dengan dunia daratan," pinta sang anak.

"Baiklah, jika demikian akan aku anugrahkan kepadamu si lumba-lumba kecil agar dapat berhubungan dengan daratan dan dunia manusia!" ujar Sang Dewa Laut sembari mengusap kepala Lei.

Lei senang bukan main. Tugas pertamanya adalah mengantarkan Puti ke dekat daratan. Puti si putri duyung sangat senang berada di dekat daratan untuk memperdengarkan nyanyian merdunya kepada para nelayan dan penghuni daratan lainnya. Tak jarang ia juga berduet dengan kawanan burung. Menyanyi bersama dengan alunan yang membuat kantuk datang.

Sejak hari itu dan seterusnya Lei si lumba-lumba kecil yang periang itu selalu mengantarkan Puti menuju ke dekat daratan. Lei juga menemani Puti bernyanyi di sela-sela batu karang. Suara Lei yang unik berupa siulan yang mirip suara peluit rupanya cocok dipadukan dengan nyanyian Puti dan kawanan burung lainnya.

Suatu ketika mereka dikagetkan dengan kedatangan seorang anak perempuan berusia sekitar tujuh tahun. Anak perempuan itu terlihat habis menangis. Pakaiannya pun lusuh.

Melihat ada anak kecil menangis membuat Lei merasa iba dan ingin membantu. Lei mulai berenang ke dekat pantai. Disapanya si anak kecil itu. Melihat kedatangan seekor lumba-lumba kecil ternyata cukup menghibur si anak kecil itu.

"Hai, anak manusia. Mengapa kamu menangis sendirian di tepi pantai ini? Dimana orang tuamu?" sapa Lei sambil terus bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun