Pencapaian tujuan merupakan fokus utama dalam berorganisasi.Â
Namun pada praktiknya, tidak selamanya tujuan tersebut dapat dicapai dengan mulus, bahkan banyak organisasi bisnis yang gulung tikar akibat berbagai kesulitan yang dihadapi, seperti kesulitan keuangan, pemasaran, pertumbuhan, persaingan, dan kesulitan penting lainnya.Â
Masalah tesebut akan menjadi semakin kompleks manakala tidak segera diatasi.Â
Begitu pula terjadi pada organisasi pemerintah yang sering dijumpai kegagalan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yang selanjutnya memicu masyarakat untuk menyampaikan ketidak puasannya dengan cara-cara yang tidak elegan.Â
Berbagai gaya kepemimpinan telah diterapkan namun oleh karena perubahan lingkungan yang cepat seperti perubahan teknologi komunikasi dan berkembangnya paradigma masyarakat, menuntut diterapkannya gaya kepemimpinan yang sesuai dengan perubahan tersebut.Â
Salah satu pilihan untuk menyelesaikan masalah kompleks tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan kepemimpinan transformasi.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang gaya kepemimpinan transformasi. Perlu kita ketahui tentang apa itu kepemimpinan.Â
Kepemimpinan adalah sebuah hal yang dominan, berperan penting dan krusial dalam segala aspek upaya meningkatkan prestasi kerja baik dalam tingkat individual, kelompok, atau organisasi.Â
Kepemimpian bisa diartikan sebagai sikap kemampuan atau kekuatan diri seseorang dalam memimpin atau membimbing orang lain maupun kelompok atau organisasi.
"Kepemimpinan adalah masalah kecerdasan, kepercayaan, kemanusiaan, keberanian, dan disiplin. Ketergantungan pada kecerdasan saja menghasilkan pemberontakan. Latihan kemanusiaan saja menghasilkan kelemahan.Â
Fiksasi pada kepercayaan menghasilkan kebodohan. Ketergantungan pada kekuatan keberanian menghasilkan kekerasan.Â
Disiplin yang berlebihan dan ketegasan dalam memberi perintah menghasilkan kekejaman. Ketika seseorang memiliki kelima kebajikan bersama-sama, masing-masing sesuai dengan fungsinya, maka dia bisa menjadi pemimpin." - Jia Lin, dalam komentarnya tentang Sun Tzu, Art of War.
Dari komentar tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan. Faktor kecerdasan, kepercayaan, kemanusiaan, keberanian, dan disiplin haruslah seimbang sesuai dengan fungsinya dan berjalan beriringan menjadi sebuah kesatuan dalam kepemimpinan.Â
Seorang pemimpin harus bisa membimbing atau memandu anggotanya, serta dapat mempengaruhi sekaligus meyakinkan sekelompok orang atau seseorang.Â
Ketika pemimpin dan anggotanya sudah berada di jalur yang sama, maka apa yang ditargetkan akan lebih mudah dicapai. Di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kepemimpinan adalah perihal pemimpin atau cara memimpin. Sedangkan pemimpin menurut KBBI adalah orang yang memimpin.
Dalam gaya kepemimpinan seseorang, ada beberapa tipe gaya pemimpin yang bisa di ketahui sebagai berikut :
Otoriter
Tipe pemimpin ini umumnya terpusat pada bos yang menjadi pemegang kekuasaan tertinggi. Mulai dari peraturan, prosedur, maupun membuat keputusan akan didominasi oleh pihak tertentu. Sehingga orang yang bekerja dalam naungannya, harus mengikuti dan menjalankan perintah.
Demokratis
Jenis tipe kepemimpinan yang disukai banyak karyawan, karena memberikan kebebasan untuk berpendapat, mengembangkan bakat, dan peluang untuk menjadi lebih baik.
Delegatif
Pemimpin yang memberikan wewenang bagi anggotanya untuk mengambil keputusan, dan hanya bisa dijalankan oleh orang-orang tertentu. Dianggap memiliki banyak kelemahan, namun hal ini tentu tidak mutlak karena tentunya kembali kepada individu itu sendiri.
Transformasional
Berfokus pada perubahan yang terjadi pada organisasi, dan unsur unsur penting yang ada di dalamnya. Para pemimpin ini cenderung energik, cerdas, dan penuh semangat, sehingga mampu memotivasi kelompok dan perubahan yang lebih baik.
Transaksional
Kepemimpinan dalam gaya ini memiliki fokus transaksional yaitu dimana pemimpin akan memberi imbalan (reward), jika karyawan yang dipimpinnya berhasil meraih target yang ditentukan, maka pimpinan akan memberikan reward kepada karyawan tersebut. Maka pemimpin tipe ini disebut transaksional, karena pemberian punishment dan reward sesuai dengan usaha yang karyawan lakukan.
Pada tema kali ini, kita akan mengangkat jenis gaya kepemimpinan transformasi. Kepemimpinan transformasi merupakan kemampuan kepemimpinan yang komprehensif dan terpadu yang diperlukan bagi individu, kelompok, maupun organisasi untuk menghasilkan transformasi yang ditandai dengan perubahan pada setiap tahapan kegiatan (Hacker & Robberts: 2004).Â
Sedangkan esensi kepemimpinan transformasi tampak pada proses menginspirasi, mengembangkan, dan memberdayakan pengikutnya. (Yulk: 2010). Dengan demikian kepemimpinan transformasinal merupakan proses menginspirasi dan memberdayakan individu, kelompok dan organisasi.Â
Akhir-akhir ini, kepemimpinan transformasi dikembangkan untuk menghadapi perubahan pada masa yang akan datang dengan cara mentransformasi paradigma dan nilai-nilai individu dalam organisasi untuk mendukung tercapainya tujuan dan visi organisasi. Istilah kepemimpinan transformasi semula dimunculkan oleh Downton pada tahun 1973 dan dikembangkan oleh seorang sosiolog di bidang politik, MacGregor Burns pada tahun 1978 (Northouse: 2010).Â
Dalam penelitiannya Burn menghubungkan antara peran kepemimpinan dengan peran kepengikutan. Burn menyatakan bahwa tugas pemimpin adalah mendorong semangat pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama. Bernard M, & Ronald E: 2006 menyatakan bahwa Kepemimpinan transformasi diperlukan, mungkin karena kepemimpinan transformasi menekankan pada motivasi intrinsik dan juga menekankan pengembangan para pengikut.Â
Pernyataan ini, walaupun terdapat kata ?mungkin? dapat menguatkan bahwa memberikan motivasi kepada para pengikutnya merupakan salah satu ciri kepemimpinan transfomasional. Sedangkan aspek-aspek kepemimpinan transformasi lainnya adalah:
- Kepemimpinan transformasi muncul pada waktu orang-orang dalam organisasi (pemimpin dan pengikutnya) menginginkan untuk meningkatkan motivasi dan moralitas yang tinggi.
- Kepemimpinan transformasi berusaha untuk memotivasi dan menginspirasi orang-orang sekitarnya dengan cara menjelaskan bahwa pekerjaan mereka penting dan penuh tantangan. Cara memotivasi dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan misalnya dengan pendekatan teori kebutuhan, yaitu memenuhi kebutuhan utama para pengikutnya seperti kebutuhan fisik, keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.
- Kepemimpinan transformasi mampu mengurangi ketergantungan para pengikut terhadap pemimpinnya, dengan cara mendelegasikan kewenangan, mengembangkan kemampuan, dan meningkatkan rasa percaya diri para pengikutnya, mendorong untuk mengatur sendiri kerja tim, melengkapi akses langsung utuk memperoleh informasi, menghilangkan fungsi kontrol yang tidak perlu, dan menciptakan budaya kerja yang kuat untuk pemberdayaan.
- Kepemimpinan transformasi mengembangkan pemikiran visioner, seperti dalam pengembangan organisasi dan dalam mengatasi permasalahan yang tidak dapat diselesaikan secara terstruktur, seperti dalam keadaan krisis.
- Kepemimpinan transformasi lebih mengembangkan cara kerja kolaboratif ketimbang cara kerja hierarkis, dengan melalui pembelajaran individual maupun pembelajaran organisasi. Kerja kolaboratif akan memperoleh hasil yang sinergis, yaitu hasil yang lebih besar dari pada penjumlahan hasil kerja individu?.
- Kepemimpinan transformasi meningkatkan pemberdayaan pengikut sehingga cocok untuk menghadapi perkembangan situasi dan lingkungan yang berpengaruh terhadap organisasi.
Menelisik kepemimpinan Transformasional dari Ibu Sri Mulyani
Dengan nama lengkap Sri Mulyani Indrawati, beliau lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962. Kerja dan sumbangsih prestasinya tercatat bahwa beliau menjabat sebagai Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEMFEUI) sejak Juni 1998.
Dipercaya menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas dimasa pemerintahan Presiden SBY. Menjadi Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar, pada 5 Desember 2005 ketika Presiden SBY mengumumkan perombakan kabinet.Â
Sri Mulyani juga pernah berprofesi sebagai konsultan di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat pada Agustus 2001. Dalam rangka kerjasama untuk memperkuat institusi di daerah. Yaitu, memberikan beasiswa S-2 untuk pengajar universitas daerah.
Sosok Sri Mulyani bisa dikatakan memiliki gaya transformational terlihat dari beberapa kebijakan beliau yang membawa perubahan positif. Sri Mulyani merupakan seorang pemimpin wanita yang berpikiran rasional, jujur, serta tegas. Sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia tentunya bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.Â
Sri Mulyani harus mampu untuk bertanggung jawab terhadap rakyat dan juga tentunya negara. Ia harus mampu mengeluarkan kebijakan-kebijakan ekonomi yang nantinya akan berdampak secara luas bagi masyarakat dan juga negara.
Kepemimpinan transformasional Sri Mulyani ini dapat dilihat dari perubahan-perubahan positif yang dilakukannya. Berkat kepemimpinannya, ekonomi makro di Indonesia dapat distabilkan, kebijakan fiskal yang prudent dapat dipertahankan, biaya peminjaman mengalami penurunan, dan juga mampu membuat para investor percaya terhadapnya.Â
Selain itu, karakter Sri Mulyani yang memiliki pikiran rasional, tegas, dan jujur, telah diakui benar oleh pegawai atau bawahannya yang pernah bekerja terhadapnya.
Adapun dalam wawancara khusus, Sri Mulyani pernah mengatakan bahwa apabila ada pegawai yang cenderung memuji secara berlebihan, ingin menyenangkan pemimpinnya. Maka, sebagai seorang pemimpin harus bisa menahan diri dari hal tersebut, agar pegawai melihat konsistensi dalam diri kita sebagai pemimpin. Â
Apabila kita konsisten, mereka akan percaya, akan terhubung, hormat, dan nantinya pegawai akan menjadi attach, maka dari kondisi inilah kita sebagai pemimpin mengontrol emosi serta motivasi dari pegawai - pegawai. Jika dilihat dari kalimat yang dilontarkan Sri Mulyani, kalimat tersebut juga menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan Sri Mulyani merupakan gaya kepemimpinan transformasional.
 Dalam kalimat "Apabila kita konsisten, mereka akan percaya, akan terhubung, hormat, dan nantinya pegawai akan menjadi attach", hal ini menunjukkan bahwa Sri Mulyani berusaha untuk tetap konsisten, tidak goyah walaupun dipuji agar ia dapat memengaruhi pegawainya, sehingga pegawainya akan merasa hormat terhadapnya.
Sri Mulyani dengan kekuasaannya sebagai menteri keuangan, melakukan perombakan besar-besaran pada kementrian keuangan. Adapun berkat keahliannya dalam memimpin untuk berani merombak, membuat semangat kinerja bawahan atau pegawainya meningkat.Â
Dalam berorganisasi, berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang cukup penting, sebab kegiatan tersebut dapat digunakan sebagai media  penyampaian pendapat, keselarasan tujuan, dan juga jembatan antara pegawai dengan pegawai, pegawai dengan pemimpinnya, ataupun pemimpin dengan pegawainya.Â
Sri Mulyani dalam memimpin selalu mengutamakan kejujuran dan tegas terhadap pegawai atau bawahannya. Ia berupaya agar dapat memberi pengaruh, serta menjadi teladan yang baik agar dapat diteladani oleh pegawainya. Berkat ketegasan serta kejujuran yang ia lakukan, menyebabkan anggota atau divisinya bersih serta bebas dari korupsi.
Tak heran Pada tahun 2019, Sri Mulyani kembali dinobatkan sebagai menteri keuangan terbaik di Asia Pasifik tahun 2019 versi majalah keuangan FinanceAsia. Penghargaan dari FinanceAsia ini diperoleh tiga tahun berturut-turut setelah sebelumnya diperoleh pada tahun 2017 dan 2018.
Beliau juga terpilih sebagai wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia bulan Oktober 2007 serta wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah Forbes tahun 2008.
Reformasi Kementerian Keuangan dikelola dengan baik sehingga banyak terjadi perubahan fundamental di Kementerian Keuangan. Beliau dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia untuk tahun 2006 oleh Emerging Markets Forum pada 18 September 2006 di Sidang Tahunan Bank Dunia dan IMF di Singapura.
Dengan gaya kepemimpinannya, beliau berhasil menstabilkan ekonomi makro, mempertahankan kebijakan fiskal yang prudent, menurunkan biaya pinjaman dan mengelola utang serta memberi kepercayaan pada investor.
Sifat kepemimpinan Sri Mulyani Indrawati dinilai tegas, disiplin, tulus dan rasional. Hal ini diakui oleh orang-orang yang pernah bekerja bersama beliau. Sri Mulyani memiliki keberanian mereformasi seluruh struktur keorganisasian, yang menjadi inti unit kerja di kementerian keuangan dan membuat banyak terobosan dalam kebijakan serta berani mengambil risiko yang tinggi.Â
Lewat kebijakannya di era Presiden SBY cadangan devisa Indonesia terus menembus level tertingginya US$ 50 miliar. Pada 2008 bahkan cadangan devisa Indonesia sudah menembus US$ 60 miliar.
Kerja nyata lainnya dari Sri Mulyani juga dapat dilihat pada tahun 2021, dalam kepemimpinannya ia dapat membuktikan kembali pencapaian kinerjanya dalam memimpin.Â
Pada masa pandemi, Bank Dunia memprediksi Indonesia akan mengalami kemiskinan di angka lebih dari 11%, namun dengan adanya kebijakan ekonomi dari Sri Mulyani yang cepat dan responsif terhadap rakyat, Sri Mulyani berhasil menekan angka kemiskinan Indonesia di angka 10,4% , dimana angka tersebut ialah angka di bawah prediksi dari Bank Dunia.Â
Selain itu dalam meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia di Indonesia, Sri Mulyani juga menjalankan program beasiswa LPDP, yang dimana pada tahun 2022 ini Sri Mulyani menyiapkan dana sebesar 3, 24 T untuk program beasiswa tersebut.
Forbes juga menilai, investasi asing terus menanjak setelah kepemimpinan Sri Mulyani di Departemen Keuangan yang dinilai gigih memberantas korupsi di birokrasi, menciptakan insentif pajak dan mempermudah UU.
Agus Martowarjono, Menteri Keuangan yang pernah menggantikan jabatannya mengatakan "Sri Mulyani Indrawati telah membangun landasan sistem yang kuat di Kementerian Keuangan dan lingkungannya, dan akan meneruskan apa yang telah dilakukan oleh Sri Mulyani Indrawati".
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas, pendapat saya kepemimpinan adalah suatu kemampuan seorang pemimpin untuk memengaruhi bawahan atau pegawainya untuk dapat bekerja secara efisien sesuai dengan intruksi yang diberikan.Â
Sebagai pemimpin tentunya memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing seperti gaya kepemimpinan transformasional Ibu Sri Mulyani.Â
Ibu Sri Mulyani melakukan perubahan-perubahan yang positif untuk Indonesia. Sri Mulyani berhasil mematahkan stigma bahwa hanya laki-laki lah yang dapat menjadi pemimpin.Â
Ia sebagai MenKeu berhasil meningkatkan keadaan ekonomi Indonesia menjadi lebih baik. Karakter Sri Mulyani yang tegas, dan menjunjung tinggi kejujuran membuat segala bentuk KKN yang ada dalam anggota divisi atau departemennya bersih dari hal tersebut.Â
Dengan mencontoh gaya kepemimpinan dan keberhasilan ibu sri mulyani, Sosok Pemimpin Tranformational diharapkan membuat sebuah gebrakan reformatif nan kreatif demi sebuah perubahan dan kebaikan.Â
Hal tersebut dapat menjadi pedoman saya dalam menjadi pemimpin ataupun belajar cara menjadi pemimpin yang benar dan berhasil. Dengan belajar dari sosok sosok hebat seperti Ibu Sri Mulyani, di harapkan kedepannya kita bisa selalu berubah menjadi lebih baik baik untuk diri sendiri maupun untuk lingkungan sekitar kita.
Artikel ini di terbitkan sebagai pemenuhan tugas 2 Estetika Humanisme - Universitas Siber Asia
Oleh : Hardian Syah
NIM : 210201070102
Mahasiswa Universitas Siber Asia Prodi Manajemen
Sumber Referensi :
sprektumnasional.com
www.finansialku.com
bppk.kemenkeu.go.id
www.researchgate.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H