Pada tema kali ini, kita akan mengangkat jenis gaya kepemimpinan transformasi. Kepemimpinan transformasi merupakan kemampuan kepemimpinan yang komprehensif dan terpadu yang diperlukan bagi individu, kelompok, maupun organisasi untuk menghasilkan transformasi yang ditandai dengan perubahan pada setiap tahapan kegiatan (Hacker & Robberts: 2004).Â
Sedangkan esensi kepemimpinan transformasi tampak pada proses menginspirasi, mengembangkan, dan memberdayakan pengikutnya. (Yulk: 2010). Dengan demikian kepemimpinan transformasinal merupakan proses menginspirasi dan memberdayakan individu, kelompok dan organisasi.Â
Akhir-akhir ini, kepemimpinan transformasi dikembangkan untuk menghadapi perubahan pada masa yang akan datang dengan cara mentransformasi paradigma dan nilai-nilai individu dalam organisasi untuk mendukung tercapainya tujuan dan visi organisasi. Istilah kepemimpinan transformasi semula dimunculkan oleh Downton pada tahun 1973 dan dikembangkan oleh seorang sosiolog di bidang politik, MacGregor Burns pada tahun 1978 (Northouse: 2010).Â
Dalam penelitiannya Burn menghubungkan antara peran kepemimpinan dengan peran kepengikutan. Burn menyatakan bahwa tugas pemimpin adalah mendorong semangat pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama. Bernard M, & Ronald E: 2006 menyatakan bahwa Kepemimpinan transformasi diperlukan, mungkin karena kepemimpinan transformasi menekankan pada motivasi intrinsik dan juga menekankan pengembangan para pengikut.Â
Pernyataan ini, walaupun terdapat kata ?mungkin? dapat menguatkan bahwa memberikan motivasi kepada para pengikutnya merupakan salah satu ciri kepemimpinan transfomasional. Sedangkan aspek-aspek kepemimpinan transformasi lainnya adalah:
- Kepemimpinan transformasi muncul pada waktu orang-orang dalam organisasi (pemimpin dan pengikutnya) menginginkan untuk meningkatkan motivasi dan moralitas yang tinggi.
- Kepemimpinan transformasi berusaha untuk memotivasi dan menginspirasi orang-orang sekitarnya dengan cara menjelaskan bahwa pekerjaan mereka penting dan penuh tantangan. Cara memotivasi dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan misalnya dengan pendekatan teori kebutuhan, yaitu memenuhi kebutuhan utama para pengikutnya seperti kebutuhan fisik, keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.
- Kepemimpinan transformasi mampu mengurangi ketergantungan para pengikut terhadap pemimpinnya, dengan cara mendelegasikan kewenangan, mengembangkan kemampuan, dan meningkatkan rasa percaya diri para pengikutnya, mendorong untuk mengatur sendiri kerja tim, melengkapi akses langsung utuk memperoleh informasi, menghilangkan fungsi kontrol yang tidak perlu, dan menciptakan budaya kerja yang kuat untuk pemberdayaan.
- Kepemimpinan transformasi mengembangkan pemikiran visioner, seperti dalam pengembangan organisasi dan dalam mengatasi permasalahan yang tidak dapat diselesaikan secara terstruktur, seperti dalam keadaan krisis.
- Kepemimpinan transformasi lebih mengembangkan cara kerja kolaboratif ketimbang cara kerja hierarkis, dengan melalui pembelajaran individual maupun pembelajaran organisasi. Kerja kolaboratif akan memperoleh hasil yang sinergis, yaitu hasil yang lebih besar dari pada penjumlahan hasil kerja individu?.
- Kepemimpinan transformasi meningkatkan pemberdayaan pengikut sehingga cocok untuk menghadapi perkembangan situasi dan lingkungan yang berpengaruh terhadap organisasi.
Menelisik kepemimpinan Transformasional dari Ibu Sri Mulyani
Dengan nama lengkap Sri Mulyani Indrawati, beliau lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962. Kerja dan sumbangsih prestasinya tercatat bahwa beliau menjabat sebagai Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEMFEUI) sejak Juni 1998.
Dipercaya menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas dimasa pemerintahan Presiden SBY. Menjadi Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar, pada 5 Desember 2005 ketika Presiden SBY mengumumkan perombakan kabinet.Â
Sri Mulyani juga pernah berprofesi sebagai konsultan di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat pada Agustus 2001. Dalam rangka kerjasama untuk memperkuat institusi di daerah. Yaitu, memberikan beasiswa S-2 untuk pengajar universitas daerah.
Sosok Sri Mulyani bisa dikatakan memiliki gaya transformational terlihat dari beberapa kebijakan beliau yang membawa perubahan positif. Sri Mulyani merupakan seorang pemimpin wanita yang berpikiran rasional, jujur, serta tegas. Sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia tentunya bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.Â
Sri Mulyani harus mampu untuk bertanggung jawab terhadap rakyat dan juga tentunya negara. Ia harus mampu mengeluarkan kebijakan-kebijakan ekonomi yang nantinya akan berdampak secara luas bagi masyarakat dan juga negara.