Mohon tunggu...
Hardian Lapandewa
Hardian Lapandewa Mohon Tunggu... Lainnya - Penjelajah

Hobi membaca dan belajar menulis. Fokus pada dunia budaya dengan catatan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jilbab Masha Amini Tak Sekedar Kain

29 September 2022   07:55 Diperbarui: 29 September 2022   09:21 3250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://donya-e-eqtesad.com/

Setelah di cek ternyata penyebab meninggalnya Masha Amini adalah penyakit kanker otak yang pernah dideritanya, pernah menjalani operasi sehingga ada saat penahanan, penyakit nya kambuh menyebabkan kematian di ruang penahanan, namun video tersebut juga di edarkan oleh media CNN dengan narasi bahwa video bagian pemukulan telah diedit sehingga tidak nampak lagi Masha Amini dipukul oleh polisi moral Iran. 

Media Iran menyebarkan foto-foto masha amini saat koma di rumah sakit, tiada sedikitpun memar ataupun bekas pemukulan, artinya jika memang dipukul pasti terdapat bekas, walaupun demikian dari pihak Iran sendiri telah membuktikan penyeyba kematian tersebut bukan disebabkan oleh pemukulan karena polisi tidak sama sekali memukul tetapi penyakit bawaan yang diderita oleh Masha Amini. 

Media-media barat ikut mengecam tragedi meninggalnya Masha Amini, mereka menggunakan rujukan bahwa video tersebut telah di edit, muncul paradigma bahwa agama tidak seharusnya dipaksakan, muncul pahaman islam phobia jilbab dan barat mendukung aksi gerakan anti jilbab di Iran.

Selama demonstrasi anti jilbab di Iran, pemerintah Iran mencoba memblokir internet agar berita-berita hoax tidak tersebar sehingga di konsumsi oleh media barat yang selama ini sedang mencari kesalahan pada negeri para mulah itu, namun saat pemblokiran, Elon Musk atas nama kemanusiaan meluncurkan internet agar mudah diakses oleh warga Iran dalam mempublikasikan kritik anti jilbab. 

Media-media di Indonesia pun banyak yang menggunakan media barat sebagai rujukannya sehingga antara fakta di lapangan dan informasi yang sampai pada pembaca semakin berjarak. Kita menemukan informasi tidak dari Iran langsung tetapi melalui terjemahan berita barat yang di Indonesia kan, sedang kita tahu bahwa barat adalah negara anti Iran yang selama 43 tahun terus berupaya untuk menghancurkan revolusi dengan simbol agama tersebut. 

Jargon revolusi industri, revolusi prancis, runtuhnya Uni Sorviet tiba-tiba muncul Revolusi Islam Iran. Semua revolusi di Barat telah runtuh, seolah Revolusi Islam Iran juga adalah yang dicari-cari caranya agar runtuh melalui banyak propaganda.

 Sejak revolusi Islam Iran yang pertama disuarakan adalah kewajiban membela hak-hak rakyat palestina yang notabene harus berlawanan dengan Israel dan anteknya, olehnya itu kasus Masha Amini menjadi sorotan yang berlebih oleh media barat. 

Namun demikian, pada fase demonstrasi, pemerintah Iran membiarkan gerakan mereka, seolah terdapat pembiaran agar mereka bebas mengespresikan tuntutannya, pada sisi yang lain itu adalah jebakan agar semua aktor-aktornya muncul dipermukaan dan dapat dideteksi, terbukti ternyata terdapat peranan zionis dalam demostrasi tersebut. 

Para aktor-aktor gerakan itu telah menyiaokann senjata (buka Youtube Sahara TV) agar terjadi kerusuhan besar-besaran di Iran sehingga akan lebih memudahkan dikte barat dalam mengendalikan Iran. Barat dapat masuk saat situasi konflik atas nama perdamaian sebagaimana di Syuriah, Irak yang selama ini kehadiran mereka jusru menjadikan negara tersebut semakin kacau.

Ketika aktor-aktornya mulai terdeteksi maka satu persatu di kejar dan ditahan, kemudian pada Jumat tanggal 23 september muncul gerakan anti perusuh, gerakan yang dilaksanakan pasca shalat jumat terjadi serentak hampir seluruh kota-kota di Iran.

Jutaan masa berkumpul menyuarakan mengutuk tindakan gerakan anti jilbab, karena mereka menganggap bahwa jilbab adalah hasil revolusi Iran yang sistemnya telah disepakati bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun