Karena itu, sangat penting bagi orang yang berpuasa untuk tidak hanya mampu menahan rasa lapar dan haus, tetapi juga mampu menahan diri dari tindakan yang dapat mengurangi atau menghilangkan pahala puasa melalui tangan, mulut, telinga, mata, dan anggota tubuh lainnya.
"Betapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga" (HR Ath Thabaroni).
 Hadits ini diberikan sebagai peringatan agar puasa kita tidak sia-sia dan tidak berpahala, sebagaimana dikuatkan dalam hadits lain:
Puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum saja, puasa adalah menahan diri dari perkataan sia-sia dan keji." (HR Baihaqi dan Al-Hakim).
Ghibah---membicarakan kejelekan, kesalahan, atau kekurangan orang lain---adalah contoh menahan diri dari perkataan yang sia-sia.
Hikmah ke (1) meningkatkan ketakwaan, yang dengannya seseorang akan memiliki bekal yang lengkap dalam segala kehidupannya. Dengan takwa, seseorang akan mendapatkan (a) rizki yang tidak terduga, (b) jalan keluar dari segala kesulitan, (c) memenuhi kebutuhannya, (d) mempermudah urusannya, (e) dapat membedakan mana yang baik dan buruk, (f) ampunan.
Doanya akan dikabulkan berdasarkan hikmah yang kedua. Tiga kelompok orang disebutkan dalam hadits: orang yang berpuasa sampai berbuka, orang yang adil, dan orang yang teraniaya. Menurut hadits, "Puasa dan al-Qur'an memberikan syafaat bagi seorang hamba di hari kiamat", hikmah ketiga dan keempat puasa berfungsi sebagai prisai dari siksa neraka dan penghapus dosa.
Berpuasa adalah kewajiban bagi orang Islam. Mereka juga berharap agar Allah SWT menerimanya dan melipatgandakan pahalanya. Berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H