Mohon tunggu...
HAQIA SHAFIA
HAQIA SHAFIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1-Ilmu Lingkingan Universitas Sebelas Maret

Hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kuliah Itu Proses

20 Juni 2024   11:11 Diperbarui: 20 Juni 2024   11:44 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

"Kuliah buat apa sih?ngabisin duit doang"

"Kuliah ngga menjamin masa depan juga, banyak yang kuliah tapi akhirnya pengangguran"

Kalimat-kalimat itu sering terdengar di kalangan mahasiswa. Kuliah memang tidak menjamin kesuksesan, tetapi memiliki gelar pendidikan yang tinggi dapat membukakan pintu peluang untuk pekerjaan yang lebih baik dan juga menunjang kehidupan yang lebih baik. Dengan gelar pendidikan yang tinggi, seseorang dapat memperluas jangkauan dan pilihan karir mereka.

Kuliah bukan hanya tentang menghabiskan uang tanpa tujuan yang jelas. Akan tetapi, kuliah merupakan usaha dan kesempatan untuk mengembangkan diri. Baik itu dalam hal pengetahuan maupun mengasah soft skill yang berguna dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Pendidikan yang tinggi juga dapat membantu seseorang dalam mengembangkan keterampilan kritis.

Di zaman sekarang memiliki kemauan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi saja sudah perlu diapresiasi. Terutama bagi mereka yang menjadi orang pertama dalam keluarga yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini merupakan pencapaian yang patut diacungi jempol. Mereka mungkin harus mengatasi hambatan finansial, sosial, atau bahkan emosional untuk mencapai cita-cita mereka.

Dari diri saya sendiri, keputusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi sudah merupakan hal yang hebat dan perlu diapresiasi. Apalagi, sebagai orang pertama dalam keluarga yang memutuskan untuk kuliah dan berharap dapat merubah keadaan menjadi lebih baik. Seharusnya kata-kata seperti diatas tidak pantas untuk dilontarkan. Orang-orang yang mengatakannya pasti tidak tahu seperti apa kehidupan diperkuliahan, orang yang tidak pernah mengalaminya sendiri tidak akan pernah paham.

Dukungan penuh dari orang tua dan keluarga merupakan aset berharga bagi setiap individu yang memutuskan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. Orang tua dan keluarga saya sepenuhnya mendukung saya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Sebagai orang pertama dikeluarga yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, dalam keluarga saya tidak ada pengalaman terkait dunia perkuliahan yang bisa menjadi panduan bagi saya.

Jadi, mau tidak mau saya harus mencari informasi dan menghadapi pengalaman perkuliahan saya sendiri. Saya merasa bertanggung jawab untuk mencari tahu segala sesuatu secara mandiri dan menghadapi perkuliahan. Meskipun ini tantangan yang harus saya hadapi, saya menganggapnya sebagai kesempatan bagi diri saya untuk tumbuh dan berkembang.

Banyak orang diluar sana yang memiliki keinginan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, tapi terhalang oleh keterbatasan ekonomi keluarga. Apalagi di era sekarang, dimana banyak dari kita yang sedang menghadapi zaman generasi sandwich. Tapi, sebelumnya apakah kalian sudah familiar atau belum dengan istilah sandwich generation?

Apa itu sandwich generation?

Sandwich generation atau generasi roti lapis adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan generasi yang terjebak di antara tanggung jawab merawat keluarganya dan dirinya sendiri. Disebut "sandwich" karena mereka terhimpit di antara tanggung jawab, seperti roti lapis di antara isinya. Jadi secara singkatnya, generasi sandwich adalah mereka yang menjadi harapan utama keluarganya dalam hal ekonomi.

Banyak yang bilang "halah kuliah mah santai, cuma dateng dengerin dosen, ngga perlu susah-susah kerja cari duit"

Gimana mau santai kalau tiap hari dibantai?

Ungkapan seperti diatas tidak mencerminkan realita dari mereka yang menghadapi tantangan dan beban tugas yang nyata di perguruan tinggi. Bukan berarti kuliah adalah hal yang santai bagi mereka yang tugasnya ringan, setiap orang pasti memiliki bebannya masing-masing. Dari yang saya ketahui, bagi sebagian besar mahasiswa kuliah jauh dari kata santai.

Dari diri saya sendiri yang merupakan seorang deadliner, kuliah itu tidaklah santai. Bagi saya, mengerjakan tugas mendekati deadline itu memacu otak saya untuk berpikir secara cepat dan tepat. Tekanan dari batas waktu yang sudah ditentukan dapat menjadi pendorong untuk meningkatkan produktivitas dan fokus saya. Saya merasa terpacu atau terdorong saat bekerja di bawah tekanan.

Hal tersebut juga dirasakan oleh sebagian orang, termasuk saya. Saya merasa kinerja saya meningkat disaat kondisi tersebut. Namun, penting juga untuk diingat bahwa kebiasaan menunda-nunda tugas dapat memiliki konsekuensi negatif, seperti meningkatnya risiko stres, meningkatnya risiko membuat kesalahan, hingga menurunkan kualitas kerja.

Semangat dan tekad yang kuat dalam meraih pendidikan yang kebih tinggi saya harap dapat menginspirasi generasi berikutnya di keluarga. Ketekunan dari anggota keluarga dalam mengejar pendidikan menjadi dorongan untuk memupuk ambisi dalam diri sendiri. Saya harap semangat belajar tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga memberikan dampak positif bagi generasi berikutnya dalam keluarga, termasuk keluarga saya.

Meskipun terdapat pandangan bahwa kuliah hanya buang-buang uang dan tidak menjamin kesuksesan, tetapi gelar pendidikan yang tinggi dapat membukakan pintu peluang untuk pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Pentingnya pengembangan diri melalui jenjang pendidikan tinggi tidak hanya dalam hal pengetahuan saja. Tetapi, juga dalam hal keterampilan kritis yang sangat berharga dalam karir dan kehidupan di masa depan.

Terdapat tantangan ekonomi tersendiri bagi generasi sandwich dan bagi orang pertama yang melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Mereka mungkin harus menghadapi tantangan finansial, sosial, atau bahkan emosional. Kuliah adalah perjalanan berharga yang membawa berbagai tantangan dan kesempatan untuk pengembangan diri bagi masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun