Mohon tunggu...
Natural Religion
Natural Religion Mohon Tunggu... Petani - Energi Religious

PACUAN DEMOKRASI BERLUMPUR MILLENIAL

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ditelan Segelintir Senja

28 Februari 2019   09:05 Diperbarui: 28 Februari 2019   09:23 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terkadang langit tampil dengan terang benderang, cahaya serta sinarnya yang memancar.

terkadang langit tampil degan mendung yang lembab pada gumpalan awan keabuan, 

terkadang mencurahkan kucuran menumpah. terkadang menyela dg suara petir dan halilintarnya gemuruh dan badai yang mencekam.

terkadang langit tampil dengan terik yang menyengat, 

terkadang mencerahkan dalam kehiningan petang dan kesunyian gelap.

sementara bumi  berbagai faksi faksi multi energi, 

terkadang bagaikan emas berlian dan mutiara yang berkilau, 

terkadang bak batu mulia dengan jutaan julukan nama, dililit emas, perak dan tembaga, hingga beribu kesakralannya???,

 terkadang bumi menampakkan kekekaran dan kekokohan,

 terkadang membuat keretakan hingga reruntuhan,

 terkadang bumi menghembus sepi-sepoi,

terkadang menghempas dengan badai yang bertiup dari dan kearah seribu penjuru jungkir balik,

 terkadang terdiam, terkadang gugur dan terkadang punah. 

benarkah ?  terkadang berada dalam genggaman segelintir manusia, ditengah lemahnya masa depan keberdayaan genetik,

terkadang tampilan jutaan manusia hanya sebatas gaya yang menyiksa dibawah penguasaan segelintir manusia luar biasa.

siapa mereka?, 

dimana mereka?, 

mengapa mereka yang hanya segelintir itu saja? 

mereka Kuasai hutan belantara

mereka memiliki mesin mesin raksasa, seakan seantero samudera punya mereka 

tapi mereka tak banyak bicara, jarang bersua, tak sekedar berwacana....

bagi segelintir mereka, manusia belum seberapa, yang hanya sekedar memaksa daya....

bekerja dan berusaha sekedar mengisi, bertarung dalam dinamika 

sekejab ditelan senja

 salam saja semoga sejahtera sentosa ditengah kepongahan dan ke alpaan di meja kaca. (Asrarulhaq)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun