Mohon tunggu...
Riana Kanthi Hapsari
Riana Kanthi Hapsari Mohon Tunggu... Administrasi - Food Tech Alumni :)

Food Tech Alumni :) https://hapsaririana.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

3D Food Printing dan Makanan Luar Angkasa

30 Desember 2020   10:43 Diperbarui: 30 Desember 2020   10:57 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa makanan ruang angkasa merupakan makanan yang diiradiasi (diawetkan dengan teknologi radiasi) untuk memperpanjang umur simpan. Baru-baru ini juga dikembangkan produk Space Age Mac N Cheese yang dibuat dengan kombinasi teknologi Microwave Assisted Thermal Sterilization (MATS) dan plastic protective film untuk menghasilkan produk mac n cheese siap makan dengan umur simpan lebih dari tiga tahun.

Yang tidak kalah penting tentu saja adalah pengalaman sensori (rasa, aroma, tekstur) dan nutrisi dari makanan. Untuk sensori, yang diinginkan adalah makanan dengan kualitas rasa yang sama (tidak berubah signifikan) dari awal makanan dibawa hingga umur simpannya berakhir. NASA mengamati bahwa keadaan gravitasi nol tidak berpengaruh besar terhadap proses kerusakan makanan. Jadi, kurang lebih sama dengan yang terjadi di bumi. Hanya pada beberapa kasus astronot mengalami sedikit perubahan dalam sensasi mengecap di hari-hari awal perjalanan, seperti jadi menginginkan makanan yang lebih pedas.

Makanan diharapkan memenuhi 1) Kebutuhan kalori harian minimal 1900 kalori untuk wanita dan 3200 kalori untuk pria, 2)Mengandung cukup makronutrien* dan mikronutrien* terutama vitamin D. Pesawat ruang angkasa dibuat tertutup untuk menghindari radiasi kosmik dan radiasi matahari. Hal ini menjadikan astronot tidak terpapar langsung sinar matahari yang membuat tubuh mereka tidak dapat otomatis menyintesis vitamin D seperti jika berjemur di bumi. 

Di sisi lain gravitasi nol membuat tulang menjadi lemah sehingga membutuhkan banyak vitamin D. Pada beberapa penelitian, vitamin D yang bersumber dari sayuran lebih dianjurkan karena tidak menghasilkan reaksi asam sehingga lebih baik untuk kekuatan tulang. Kemudian 3)Mengandung antioksidan untuk menangkal radikal bebas selama berada di luar angkasa. Penjelasan tentang radikal bebas dan antioksidan dapat dibaca pada tulisan saya sebelumnya lewat tautan berikut.

Melihat salah satu artikel yang dipublikasi oleh IFT (Institute of Food Technologists) pada Oktober 2019, peneliti sedang mengembangkan teknologi untuk membuat produk daging berbasis sel di luar angkasa. Menyusul teknologi lainnya seperti menumbuhkan varian padi untuk membuat nasi di luar angkasa. Daging berbasis sel ini merupakan kolaborasi antara 3D Bioprinting Solutions di Rusia, Aleph Farms di Israel, dan Meal Source Technology dan Finless Foods di Amerika Serikat. Dengan teknologi ini, dapat dibuat dalam skala kecil steak dari jaringan otot pada 3D bioprinter di kondisi mikrogravitasi.

Teknologi cetak tiga dimensi pada makanan prinsipnya sama dengan teknologi cetak tiga dimensi yang diaplikasikan pada bidang lainnya, hanya tintanya saja yang menggunakan bahan makanan. Bahan makanan diekstrusi melalui nozzle yang akan menghasilkan bentuk yang diinginkan, disusun lapis demi lapis (Liu et al, 2018).

Dengan teknologi cetak tiga dimensi, dimungkinkan untuk membuat bentuk-bentuk makanan kompleks yang tidak mungkin dilakukan menggunakan mesin biasa atau manual dengan tangan. Selain itu teknologi ini dapat membantu dalam hal pemenuhan nutrisi yang disesuaikan dengan kebutuhan. 

Misalnya, untuk mereka yang ingin mengurangi asupan gula terkait berat badan atau penyakit dapat dibuat kue yang mengandung gula kalori rendah sebagai pengganti gula sukrosa (gula tebu biasa). Atau kue dengan gula sukrosa namun dibuat dengan beberapa adonan berbeda per lapisan. Satu penelitian menyebutkan distribusi sukrosa pada kue rendah gula dengan membuat lapisan 3D ini dapat meningkatkan persepsi manis yang dirasakan dibandingkan kue yang sama dengan gula sukrosa yang diaduk homogen seperti biasanya (Saunders, 2018).

Contoh lainnya adalah optimasi aktivitas antioksidan pada kue 3D yang dikapsulasi dengan polifenol. Polifenol adalah salah satu senyawa antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Pada satu penelitian ini diamati pengaruh proses enkapsulasi, waktu, suhu, dan jumlah lapisan terhadap aktivitas antioksidan (Oliveia et al, 2020).

Teknologi 3D Food Printing diharapkan menjadi salah satu alternatif dalam menyediakan makanan luar angkasa. Baru-baru ini NASA ingin menggunakan teknologi 3D untuk memproduksi makanan luar angkasa yang tahan lama untuk perjalanan panjang mereka.

Teknologi 3D dapat digunakan untuk membuat makanan dengan makronutrien (karbohidrat, protein, lemak), membentuk struktur dan tekstur, serta memberi lapisan mikronutrien (vitamin, mineral) lengkap. Untuk penyimpanan dapat digunakan wadah steril kering untuk stok makronutrien, wadah steril lainnya untuk mikronutrien dan flavor dalam bentuk liquid atau dispersi (Liu, Z et al, 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun