Mohon tunggu...
Riana Kanthi Hapsari
Riana Kanthi Hapsari Mohon Tunggu... Administrasi - Food Tech Alumni :)

Food Tech Alumni :) https://hapsaririana.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apakah Wine Bisa Kedaluarsa?

18 Mei 2020   22:54 Diperbarui: 7 April 2021   13:42 16762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wine bisa kadaluarsa atau tidak, ya? (Sumber : Scott Warman via unsplash.com)

Untuk jenis red wine, beberapa yang bisa dibilang fine wine diantaranya Cabernet sauvignon, Merlot, Shiraz, Pinot Noit, Vintage Port dan untuk jenis white wine yakni Chardonnay, Chenin Blanc, Riesling (The Wine Society, 2020)

Ketika wine baru selesai diproduksi, rasa yang muncul umumnya fruity, citrus, sedikit vanila dan menyengat seperti umumnya minuman fermentasi. Namun wine yang disimpan lama akan muncul flavor yang lebih bulat, lebih kompleks dan lembut karena beberapa komponen fenol seperti tannin kadarnya akan cukup untuk tersuspensi dalam wine membentuk rantai kimia menjadi lebih besar dan kompleks (Krebiehl, 2018).

 Optimasi Umur Simpan

Oksidasi merupakan faktor utama kerusakan wine. Kadar oksigen pada produk wine berpengaruh pada kemampuan wine bertahan lama ketika disimpan. Oleh sebab itu pengaturan paparan oksigen saat pembuatan dan pengemasan berperan penting. 

Faktor lainnya yakni pembentukan senyawa dimetil sulfida. Kelebihan senyawa ini dapat menutup rasa fruity pada wine sehingga mengurangi kualitasnya. Selanjutnya suhu penyimpanan. Umum diketahui bahwa suhu tinggi akan mempercepat reaksi kimia dan tentu saja mempercepat proses kerusakan.

Suhu optimal penyimpanan wine biasanya di bawah 10 derajat celcius atau paling maksimal di angka 13 derajat celcius (Vidal et al, 2018).

Oksigen merupakan faktor utama umur simpan wine. Oksigen yang terlarut dalam wine itu sendiri, kemudian oksigen ketika proses pengisian botol (bottling) dimana oksigen ini tertangkap pada bagian antara permukaan wine dan tutup botol, atau yang lebih sering disebut headspace. Oksigen yang terkompresi ketika proses bottling akan mengalami proses oksidasi dengan komponen fenol pada wine menjadi komponen lain salah satunya hidrogen peroksida (Vidal et al, 2018). 

Hidrogen peroksida merupakan oksidator yang kuat, yang akan bereaksi dengan ethanol pada wine dan mengubahnya menjadi acetaldehyde dan komponen lanjutan fermentasi lainnya yang tidak diinginkan (Mercer et al, 2008).

Wine mesti disimpan pada ruangan sejuk, gelap, dengan suhu dan kelembapan yang terkontrol (tidak berubah secara signifikan). Beberapa sumber menyebutkan posisi botol ketika penyimpanan lebih baik secara horizontal untuk mencegah tutup (cork) mengering. 

Sumber lainnya menyebutkan wine yang disimpan pada botol kaca dengan tutup crown cap akan lebih tahan lama dibanding dengan tutup biasa (natural cork, screw cap, dan material polimer) (Venturi et al, 2016).

Proses transportasi dari winery (tempat produksi wine) ke pasaran juga lebih kurang berpengaruh terkait dengan fluktuasi suhu saat di perjalanan. Paling mudah produsen biasanya membungkus wine dengan bubble wrap atau bahan lain supaya wine terlindung dari suhu panas dan cahaya berlebihan. Cara ini lumayan efektif untuk jangka waktu transportasi yang tidak terlalu lama (Mercer et al, 2008).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun