Oleh Salsabilah
(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)
Guru memegang peran penting dalam kelas. Selain sebagai pendidik, guru juga mengatur kondisi kelas. Kondusif atau tidak kondusif kelas dipegang oleh kehadiran guru dan guru itu sendiri. Kalau dari awal saja guru sudah acuh tak acuh dengan kondisi kelas, maka kegiatan belajar mengajar di dalam kelas tidak akan berjalan dengan kondusif. Perhatian guru pada kondisi kelas memegang peran penting dalam berjalannya kegiatan belajar mengajar, sehingga sikap dan sifat guru ketika di dalam kelas menjadi penentu bagi murid dalam menghadiri kelas.
Membangun suasana yang nyaman, kondusif, dan menyenangkan merupakan indikator penting untuk menyukseskan proses belajar. Guru sebagai aktor kreatif berfungsi untuk menghidupkan suasana nyaman, kondusif, dan menyenangkan dalam kelas serta diharapkan dapat menghidupkan pula pedagogi kritis sebagai bekal menyukseskan kegiatan belajar antara guru dan murid.Â
Pedagogi kritis merupakan sebuah perubahan dalam dunia pendidikan dengan membawa pemikiran kritis dan mendobrak segala bentuk penindasan yang terjadi di dalam masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan.
Maka dari itu pedagogi kritis membawa angin segar bagi dunia pendidikan untuk menghidupkan kembali harapan-harapan kebebasan, keadilan, dan kesetaraan dalam dunia pendidikan.Â
Seperti yang diketahui bahwa dunia pendidikan begitu kaku dalam artian proses pembelajaran terpaku seluruhnya kepada guru dan murid diposisikan sebagai anak yang tidak tahu apa-apa. Padahal sekolah merupakan tempat berbagi ilmu antara guru dengan murid dan murid dengan guru. Apa yang guru belum tahu, bisa didapatkan dari murid.
Guru juga memerlukan murid sebagai bahan penilaian kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan guru dalam mendidik bisa dilihat dari nilai yang mana merupakan hasil dari kegiatan belajar.Â
Apabila murid mendapatkan nilai dibawah KKM, maka kemungkinan penyebabnya ialah metode atau gaya mengajar guru yang gagal. Sehingga menjadikan murid tidak paham akan materi pembelajaran dan berakhir dengan nilai yang dibawah KKM. Guru sebagai aktor kreatif dalam kelas menjadi peran penting dalam keberhasilan murid serta sebagai penghidup pedagogi kritis.
Pedagogi kritis memiliki harapan dalam kebebasan dalam berpendapat, termasuk murid yang diberikan kebebasan untuk mengambil ilmu sebanyak-banyaknya dan kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya di kelas.Â
Pedagogi tidak boleh membentuk sikap pasif pada murid, sikap pasif yang dimaksud ialah murid yang sekedar menerima materi dan berpijak pada kepatuhan buta. Jika hal tersebut masih terjadi, berarti sekolah masih menerapkan pedagogi tradisional di mana guru menjadi pemimpin dan terbentuknya batas tidak terlihat antara guru dan murid.
Lahirnya pedagogi kritis di mana berpijak pada pemikiran kritis, harapan, keadilan, dan kesetaraan menjadikan pendorong bagi murid untuk terlibat pada perubahan sosial ke arah kebebasan, demokrasi, dan kesetaraan. Perspektif pedagogi kritis melihat sekolah bukan hanya sebagai tempat yang berfungsi untuk transfer ilmu pengetahuan dan penerapan nilai-nilai serta norma masyarakat.Â
Akan tetapi sekolah lebih dari itu, sekolah merupakan ruang lingkup dalam mempersoalkan dan mengkaji asal pengetahuan, khususnya relasi-relasi dominasi yang mengekang masyarakat. Sehingga terciptanya pengetahuan, wawasan, dan nilai-nilai dari relasi dominasi tersebut.
Pola pedagogi kritis diharapkan dapat melaksanakan misi pendidikan Paulo Freire yang telah dikembangkan, yaitu pendidikan sebagai pembebasan dan penyadaran.Â
Pembebasan artinya keluar dari lingkaran kemiskinan dan kebodohan. Sementara, penyadaran artinya memberi kesadaran bagi individu akan posisinya di dalam masyarakat, termasuk relasi-relasi sosial yang membentuk dan melingkupi dirinya. Pedagogi kritis pula membantu anak-anak bangsa untuk menyelami ilmu pengetahuan secara mendalam serta membantu mereka menjalani hidup dengan penuh makna.
Dalam menerapkan pedagogi kritis kepada peserta didik, guru ikut serta untuk melaksanakan pedagogi kritis ke dalam kelas. Salah satu bentuk penerapan pedagogi kritis dengan cara memberikan contoh dalam proses pembelajaran bahwa terdapat banyak sekali permasalahan sosial yang membutuhkan solusi secara kritis dan menyangkut segala aspek kehidupan dengan begitu dapat membangun sebuah kesadaran dan mendorong perubahan sosial.Â
Guru bisa memberikan tugas penelitian kepada siswa untuk turun ke lapangan langsung dan melihat apa saja permasalahan sosial yang ada serta bagaimana siswa menyikapi dan memberikan solusi atas permasalahan tersebut.
Pentingnya pedagogi kritis dalam ranah pembelajaran merupakan hal penting karena di dalam pedagogi kritis terdapat pengetahuan yang mesti diolah, sebelum dipercaya begitu saja.Â
Maka dari itu guru ikut andil dalam pelaksanaan pedagogi kritis sebagai aktor kreatif dalam kelas. Dalam pelaksanaan pedagogi kritis, guru mesti memunculkan ide-ide kreatif yang dapat membantu murid untuk berpikir secara mendalam dan melihat segala seluruh sudut pandang dalam menyikapi suatu permasalahan sosial.
Pedagogi kritis membutuhkan dialog yang demokratis dan mendalam guna mengasah nalar kritis siswa. Guru sebagai aktor dalam kelas harus bisa membangun dialog tersebut dan menarik minat siswa untuk bergabung ke dalam dialog kritis tersebut. Selain itu, karakter yang berupa nalar pikir; sikap; dan aksi peserta didik yang dihasilkan dari dialog kritis dengan guru, pada dasarnya lebih mudah membangun pedagogi kritis dengan aksi nyata.
Dalam pedagogi kritis melibatkan konteks sosial bukan semata-mata dengan belajar di kelas, apalagi indoktrinasi. Sehingga dalam pembelajaran siswa tidak hanya menguasai dan menghapal materi saja, melainkan pengetahuan di dalam ruang kelas mesti dikonfirmasi melalui literasi yang mendalam dan mampu membuka pintu ide kritis siswa. Jika mengingat kembali hidden curriculum atau biasa yang disebut kurikulum tersembunyi, hal tersebut lah yang membangkitkan kesadaran kritis melalui praksis model pedagogi kritis di luar kurikulum resmi.
Artinya guru sebagai pendidik, sah-sah saja menciptakan dan menerapkan metode atau kurikulum di luar buku ajar. Karena proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja, termasuk di luar buku bahan ajar yang telah pemerintah tetapkan. Guru bisa melakukan kegiatan belajar melalui menonton film yang mendidik dan mengkaji film tersebut secara bersama-sama dengan murid.Â
Dari kajian tersebut, guru dan murid bisa membangun dialog kritis yang mana saling berbagi ide-ide / gagasan / pendapat. Dikarenakan kepala satu individu dengan kepala individu lain tentu berbeda, maka dari itu banyak-banyak lah melihat sudut pandang orang lain untuk memperluas wawasan.
Pendidik bisa menggunakan pedagogi kritis sebagai alat untuk membangun kesadaran dan mendorong perubahan sosial secara luas dengan menerapkan gaya belajar yang tidak terpaku dengan buku saja, namun bisa melalui pengamatan terhadap lingkungan sekitar. Hal tersebut juga disampaikan oleh Giroux bahwasanya pedagogi kritis berfungsi untuk membangun kesadaran dan mendorong perubahan sosial yang berangkat dari kesadaran akan diri dan permasalahan yang ada di sekitar.
Bentuk penerapan pedagogi kritis yang dapat dilaksanakan oleh para pendidik kepada peserta didik salah satunya ialah memasukkan topik politik ke dalam ranah pembelajaran, namun tetap dengan kemasan yang kreatif dan inovatif agar perseta didik tidak bosan serta mempermudah untuk menyerap materi tersebut.Â
Dikarenakan pedagogi kritis memiliki kaitan erat dengan politik, peserta didik dilatih untuk menjadi individu yang demokratis dengan membenturkan pendidikan dan politik.
Melalui penggabungan pendidikan berupa materi bahan ajar dengan topik politik, peserta didik diajarkan untuk melihat keadaan secara kritis dan menyeluruh akan keadaan sosial negara.Â
Setelah mendapatkan bekal berupa pemahaman kritis ini, peserta didik bisa terlibat langsung untuk melihat permasalahan sosial secara bertanggung jawab dalam melakukan perubahan sosial yang dibutuhkan sebagai solusi dari permasalahan tersebut. Untuk itu maka dibutuhkan kemampuan pendidik dalam mengaitkan antara pendidikan sebagai tantangan pribadi  dengan politik sebagai tantangan sosial. Kedua hal tersebut tidak bisa dibagi menjadi dua hal, namun sudah menjadi satu kesatuan.
Pedagogi kritis memiliki karakteristik tersendiri seperti rasa sensitif akan kepekaan pada seluruh macam permasalahan sosial yang terjadi pada lingkungan masyarakat. Impelentasi pedagogi kritis pada abad ini, menonjolkan sikap kritis terhadap dua hal. Apa saja? Kecondongan totalitarisme pada masyarakat melalui penggunaan identitas-identitas primordial dan penyebaran pola pikir neoliberalisme.
Melihat hal tersebut, pedagogi kritis mendorong kaum muda untuk melakukan perubahan sosial. Termasuk pendidik yang masih berusia produktif untuk mengajarkan siswa berpikir kritis dan terbuka dalam menyikapi suatu permasalahan sosial.Â
Pedagogi kritis memberikan konsep-konsep yang bisa digunakan untuk menumbuhkan pemikiran kritis. Pendidik pun bisa menggunakan konsep tersebut ke dalam kegiatan belajar mengajar sebagai bentuk implementasi pedagogi kritis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H