Mohon tunggu...
Salsabilah
Salsabilah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Pendidikan Sosiologi 2019 FIS UNJ

Let it flow

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Pemuda dalam Menyuarakan Mental Health Awareness

15 Oktober 2021   17:16 Diperbarui: 19 Oktober 2021   20:25 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Salsabilah

(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)

Isu kesehatan mental akhir-akhir ini tengah ramai dibahas oleh kalangan masyarakat, khususnya anak muda. Sejak pertengahan pada masa Pandemi Covid-19 hingga saat ini, isu kesehatan mental menjadi topik yang tidak pernah habis untuk dibahas tuntas. 

Karena sebagian pemuda dan pemudi Indonesia merasa relate atau terhubung dengan isu-isu kesehatan mental di mana banyak membahas tentang trauma berkepanjangan sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari, stress berat, depresi, serta gangguan-gangguan mental lainnya.

Ditambah kondisi selama pandemi yang menyulitkan seseorang untuk bertemu keluarga dan teman menjadi alasan dibalik gangguan mental yang dialami. 

Sebut saja perasaan tertekan dan takut di tengah pandemin, namun sayangnya kita tidak bisa bertemu dengan orang terdekat atau bahkan kesulitan menghubungi teman cerita. 

Sehingga ketakutan dan kecemasan semakin menggunung karena tidak tahu apa yang harus dilakukan saat itu juga, melahirkan gangguan mental yang digejalai oleh ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari.

Jika kesehatan mental kita terganggu, maka timbul gangguan mental atau penyakit mental dalam diri kita. Gangguan mental dapat mengubah cara seseorang dalam menangani stres, berhubungan dengan orang lain, membuat pilihan, dan memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri. Tentu sangat berbahaya apabila tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.

Kebanyakan waktu yang dihabiskan oleh anak muda di dunia maya, ternyata berpengaruh pada kesehatan mental mereka. Di mana mereka melihat gaya hidup seseorang melalui kacamata media sosial, lalu mulai membandingkan kehidupan sendiri dengan kehidupan orang lain. 

Padahal apa yang dilihat di dunia maya kadang bukan suatu yang nyata. Selama ini pengguna media sosial, khususnya anak muda tergiur akan gaya hidup orang lain yang mereka lihat di media sosial.

Hal ini menimbulkan kecemasan dan cenderung tidak percaya diri akan apa yang tengah ia lakukan. Namun, tidak semua pula anak muda merasakan hal itu.

Ada yang tidak peduli dan fokus ke hidup mereka sendiri, serta ada pula yang menjadikan gaya hidup orang lain sebagai motivasi diri untuk bekerja keras hingga mereka bisa merasakan gaya hidup yang diinginkan.

Selain itu, gangguan mental bisa terjadi karena adanya kasus cyber bullying, di mana aksi bullying dilakukan di platform media sosial maupun chat. 

Apalagi kemudahan berteknologi bisa membuat pelaku bullying tidak mengungkap identitasnya atau anonim untuk bisa membully korban. Tindakan cyber bullying merupakan perilaku penyimpangan dan perlu ditindak agar tidak menimbulkan korban lebih banyak lagi.

Korban dari cyber bullying memiliki trauma yang sangat membekas, bahkan bisa berimbas pada kesehatan mentalnya. Kemajuan teknologi tidak serta merta diiringi dengan moral yang baik terhadap sesame manusia.  Percuma saja teknologi berkembang pesat tetapi pemikiran manusia masih seperti orang yang tidak mengenal etika bermasyarakat. 

Dalam hidup bermasyaralat terdapat nilai dan norma yang harus dibumikan dan ditaati guna terciptanya keharmonisan dan keserasian bermasyarakat. Pelanggaran norma atau aturan seperti tindakan bully menciptakan konflik yang mengganggu keharmonisan hidup bermasyarakat.

Dalam konteks sosiologi, agen sosialisasi dibagi menjadi lima bagian di mana kepribadian; nilai; norma; dan ideologi yang ada di dalam kepala kita disosialisasikan oleh kelima agen tersebut. Agen pertama sosialisasi ialah keluarga, lalu disusul oleh teman bermain, lingkungan masyarakat, organisasi sosial, dan yang terakhir media massa.

Apakah ada hubungan antara agen sosialisasi dengan topik yang tengah dibahas? Tentu ada. Agen sosialiasasi membentuk kepribadian dan ideologi seseorang, agen sosialisasi pula memiliki makna untuk kehidupan seseorang. Teman sebaya dan keluarga bagi seorang individu memiliki makna edukatif, di mana teman sebaya dan keluarga memberikan nilai-nilai edukatif seperti menegur ketika kita melakukan kesalahan atau pelanggaran.

Maka dari itu penting sekali untuk berteman dengan orang-orang yang tidak menjadi racun atau memberi dampak buruk dalam hidup. Jangan sampai pertemanan yang terjalin malah membuat kita lebih banyak berpikiran buruk akan diri kita, merasa insecure akan diri kita, dan hal-hal lain yang malah merugikan diri sendiri.

Teman dan keluarga memiliki makna psikologis dalam artian kita sebagai makhluk hidup membutuhkan orang lain karena kita makhluk sosial. Ketika seorang individu tengah berjuang dalam masalah yang ia hadapi, individu tersebut butuh sekali orang-orang yang bisa memberikan afirmasi positif dikala perjuangannya dalam menghadapi masalah tersebut. Teman dan keluarga bisa menjadi bagian dalam diri kita untuk memberikan afirmasi positif, semangat, dan tempat mengadu.

Makna teman dan keluarga selanjutnya dilihat dari sudut pandang sosiologi, di mana sebagai manusia kita butuh berinteraksi dan memiliki kontak sosial dengan orang lain untuk menjalin kohesi sosial.

Makna teman dan keluarga yang terakhir ialah sebagai penghibur. Kita sebagai manusia tentunya memiliki perasaan, di mana kita merasa senang atau bahkan merasa sedih. Dalam konteks ini, teman dan keluarga bisa menghibur kita dikala kita sedang bersedih.

Seseorang yang tengah berjuang dalam gangguan mental perlu dukungan dari orang-orang terdekat mereka, seperti teman dan keluarga. Maka dari itu makna teman dan keluarga yang telah disebutkan memiliki peran penting dalam hidup seseorang. Afirmasi-afirmasi positif yang diberikan oleh keluarga atau pun teman menjadi penyemangat dan memotivasi untuk sembuh dari penyakit mental.

Peran pemuda dalam menyuarakan mental health awareness menjadi titik balik bagi masyarakat Indonesia yang masih tabu akan kesehatan mental. Di Indonesia sendiri kasus bunuh diri yang terjadi karena gangguan mental disebut-sebut sebagai fenomena gunung es. Mengapa demikian? Karena kasus bunuh diri yang terlihat jauh lebih sedikit dibanding kasus yang sebenarnya.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah bunuh diri dan mengatasi gangguan mental pada anak muda ialah menormalisasi bahwa mental health matters, kesehatan mental mu itu penting dari apapun. Kebanyakan dari masyarakat Indonesia menyepelekan kesehatan mental, padahal kesehatan mental merupakan bagian penting dari hidup kita. Apabila seorang individu hidup dengan mental yang sakit, maka selama dia hidup akan terus-terusan dibayangi memori buruk tersebut.

Pemuda dan pemudi Indonesia yang menyuarakan kesehatan mental memberi afirmasi positif sebagai teman di media massa, meskipun tidak mengenal satu sama lain di dunia nyata. Saling mendukung dan bertukar informasi tentang kesehatan mental. Mereka bisa memberikan saran kepada seseorang yang tengah berjuang dalam kesehatan mental untuk berkonsultasi kepada psikolog atau berbicara dengan orang terdekat yang dipercaya.

Tidak perlu ragu atau takut, apalagi malu berkonsultasi tentang mental. Kesehatan mental seseorang itu sangat penting, sehingga kampanye mental health awareness muncul untuk menghilangkan stigma buruk dan menormalisasi kesehatan mental itu penting.

Dengan munculnya isu mental health awareness, masyarakat bisa saling membantu dan memberi sebuah peringatan bahwa diri mu adalah hal yang penting dan apa yang kamu rasakan valid. Menyuarakan mental health awareness bisa dilakukan dengan menebar pesan-pesan baik secara verbal maupun tulisan untuk menyemangati korban bullying atau orang yang sedang tidak baik-baik saja guna bertahan bersama-sama melewati masa-masa sulit.

Sekecil apapun tindakan seseorang dalam menyemangati dan berpartisipasi dalam menyuarakan mental health awareness akan berdampak besar bagi korban maupun orang yang tengah berjuang.

Apabila teman di sekitar kita membutuhkan teman cerita, jadilah pendengar yang baik jika tidak bisa memberi saran atau tanggapan. Sekecil apapun tindakan dalam konteks positif, pasti akan berpengaruh besar bagi orang yang tengah membutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun