Ada yang tidak peduli dan fokus ke hidup mereka sendiri, serta ada pula yang menjadikan gaya hidup orang lain sebagai motivasi diri untuk bekerja keras hingga mereka bisa merasakan gaya hidup yang diinginkan.
Selain itu, gangguan mental bisa terjadi karena adanya kasus cyber bullying, di mana aksi bullying dilakukan di platform media sosial maupun chat.Â
Apalagi kemudahan berteknologi bisa membuat pelaku bullying tidak mengungkap identitasnya atau anonim untuk bisa membully korban. Tindakan cyber bullying merupakan perilaku penyimpangan dan perlu ditindak agar tidak menimbulkan korban lebih banyak lagi.
Korban dari cyber bullying memiliki trauma yang sangat membekas, bahkan bisa berimbas pada kesehatan mentalnya. Kemajuan teknologi tidak serta merta diiringi dengan moral yang baik terhadap sesame manusia. Â Percuma saja teknologi berkembang pesat tetapi pemikiran manusia masih seperti orang yang tidak mengenal etika bermasyarakat.Â
Dalam hidup bermasyaralat terdapat nilai dan norma yang harus dibumikan dan ditaati guna terciptanya keharmonisan dan keserasian bermasyarakat. Pelanggaran norma atau aturan seperti tindakan bully menciptakan konflik yang mengganggu keharmonisan hidup bermasyarakat.
Dalam konteks sosiologi, agen sosialisasi dibagi menjadi lima bagian di mana kepribadian; nilai; norma; dan ideologi yang ada di dalam kepala kita disosialisasikan oleh kelima agen tersebut. Agen pertama sosialisasi ialah keluarga, lalu disusul oleh teman bermain, lingkungan masyarakat, organisasi sosial, dan yang terakhir media massa.
Apakah ada hubungan antara agen sosialisasi dengan topik yang tengah dibahas? Tentu ada. Agen sosialiasasi membentuk kepribadian dan ideologi seseorang, agen sosialisasi pula memiliki makna untuk kehidupan seseorang. Teman sebaya dan keluarga bagi seorang individu memiliki makna edukatif, di mana teman sebaya dan keluarga memberikan nilai-nilai edukatif seperti menegur ketika kita melakukan kesalahan atau pelanggaran.
Maka dari itu penting sekali untuk berteman dengan orang-orang yang tidak menjadi racun atau memberi dampak buruk dalam hidup. Jangan sampai pertemanan yang terjalin malah membuat kita lebih banyak berpikiran buruk akan diri kita, merasa insecure akan diri kita, dan hal-hal lain yang malah merugikan diri sendiri.
Teman dan keluarga memiliki makna psikologis dalam artian kita sebagai makhluk hidup membutuhkan orang lain karena kita makhluk sosial. Ketika seorang individu tengah berjuang dalam masalah yang ia hadapi, individu tersebut butuh sekali orang-orang yang bisa memberikan afirmasi positif dikala perjuangannya dalam menghadapi masalah tersebut. Teman dan keluarga bisa menjadi bagian dalam diri kita untuk memberikan afirmasi positif, semangat, dan tempat mengadu.
Makna teman dan keluarga selanjutnya dilihat dari sudut pandang sosiologi, di mana sebagai manusia kita butuh berinteraksi dan memiliki kontak sosial dengan orang lain untuk menjalin kohesi sosial.
Makna teman dan keluarga yang terakhir ialah sebagai penghibur. Kita sebagai manusia tentunya memiliki perasaan, di mana kita merasa senang atau bahkan merasa sedih. Dalam konteks ini, teman dan keluarga bisa menghibur kita dikala kita sedang bersedih.