Penginjilan juga harus disertai dengan teladan hidup kudus (afirmasi) dalam segala eksistensi kehidupan orang-orang percaya atau Gereja itu sendiri. Sama seperti Allah yang di dalam dan melalui Yesus Kristus adalah kudus (Imamat 11:44-45, 19:2; bnd. 1 Petrus 1:16) yang memanggil semua orang percaya atau Gereja dalam kekudusan hidup.
Tidak hanya sekedar penyampaian Injil Kristus semata, namun yang juga harus disertai dengan hidup kudus, yakni menunjukkan teladan hidup sehari-hari mengasihi Allah Bapa, Yesus Kristus, Roh Kudus dan sesamanya. Artinya, serupa dengan Yesus Kristus itu sendiri oleh karena karya-Nya, mati-Nya di kayu salib yang menghubungkan antara kasih Allah kepada manusia.
Demikian sebaliknya, manusia yang telah ditebus oleh darah-Nya, mengasihi Allah (salib vertikalnya) serta mengasihi antar sesamanya manusia (salib horinzontalnya), seperti ada tertulis:
"Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku.
Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya" (Yohanes 14:21) serta Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia" (Yohanes 14:23), dan "Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jajak-Nya" (1 Petrus 2:21) untuk saling mengasihi antar sesama.
Seperti yang dikatakan oleh John R.W. Stott, "melalui Yesus Kristus, Juruselamat satu-satunya, kita pertama, dipanggil kembali dari pembuangan dan didamaikan dengan Allah Bapa yang di sorga. Kedua, kita dimerdekakan dari tawanan moral kita. Ketiga, egoisme kita diganti dengan kasih dan persekutuan.
Segi pertama dari keselamatan ini, kita terima oleh penderitaan Kristus sampai mati di kayu salib, segi kedua dengan pemberian Roh-Nya, segi ketiga melalui gereja-Nya."
Dari kesemuanya itu yang paling terpenting ialah bagaimana hidup teladan yang dilakukan oleh orang-orang percaya atau Gereja haruslah bersubstansikan Injil itu sendiri. Artinya, selain menunjukkan teladan ketaatan atau hidup menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari, hidup kudus bagi Allah lewat orang-orang haruslah selalu membawa nama Yesus Kristus dalam setiap aspek kehidupan orang-orang percaya atau Gereja tersebut.
Dengan kata lain, memberi teladan dalam kehidupan sehari-hari bagi banyak orang sekaligus memberitakan Injil secara verbal pula dalam kehidupan itu.
Ini sama seperti yang dikatakan oleh Matakupan bahwa, "Menjadi saksi Kristus tidak hanya meliputi tingkah laku dan pola hidup sehari-hari, tetapi juga kesaksian iman secara verbal tentang Tuhan Yesus dalam teladan hidup kudus."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H