Daku terjerat di kubangan madunya
Rayuan madunya membuatku terbuai, diri terkelabui
'Ku meraung 'tak tahu diriku t'lah menahun
Lari pun, kaki t'lah terjerat oleh keempat rantai abadi
Pesan-pesan angin bagai nestapa 'ku terpapa
Berharap malam cepat berlalu, menutup mata tenangkan jiwa dari bisingnya kabar angin yang mendinginkan raga
'Ku terbangun ternyata cerahnya sinar mentari menelanjangi aibku, 'ku kembali papa
'Ku pikir akulah wadah benih cinta sejatinya dan selamanya
Ternyata dia juga t'lah banyak menanam benih di sana sini, dengan wadah-wadah jelita nan polos yang terkelabui
Aku pun masuk dalam daftar list, madu duanya
Benih yang t'lah tertanam kini kian bertumbuh satu persatu
Niat hati 'tak mau merawat 'ku malah terjerat
Bertanya pada insan, jawabnya menghakimi semesta 'kuÂ
Ke-insecure-an daku, membuat 'ku merasa kotor datang pada Sang Pencipta
Namun Sang Semesta menyambutku dan berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."
Medan, 18 Juni 2024