Sebelum raga dipertemukan semesta berpapasan dengan mu
Ya, tentu 'ku 'tak mengenal mu
Kau pun demikian
Pahatan takdir mengguratkan pena cinta di batin 'ku dan kau
Perjumpaan itu t'lah menjadi awal untuk rasi-rasi hari kita
Detik waktu, hari, minggu, bulan bahkan tahun menjadi alarm pengingat kebersamaan yang t'lah dilalui
Namun, nampaknya jejak-jejak itu 'tak seperti ban mulus tanpa tambalan
Keakuan saling mengambil peran dalam skenario nihilism
'Tak terhingga kini mulut t'lah saling silang berdebat
Ya, kini cinta t'lah dipenuhi tambalan-tambalan muakan
Hidup seolah mengenakan bermacam topeng
Topeng tepung yang rasa tidak pernah berdusta di lidah
Di Minggu bahagia kita bergairah, esoknya kita gerah
Mengerang hari ulah karna hati masing-masing
Bahagia 'ku dan kau di tambal dengan topeng-topeng ajaib
Topeng yang hanya didefinisikan menurut scene keakuan
Berjeri lelah ahu menambal cinta
Menambalnya dengan keakuan terbatas ini
Sang Ho berseru dari firdaus, "Biarkan Aku menambal cintamu dan cintanya!"
Medan, 12 Juni 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI