Dalam mendidik anak banyak orang tua yang hanya mengharapkan perubahan dari diri anaknya sendiri, padahal orang tuanya sendiri tidak memberikan teladan yang baik kepada anaknya.
Orang tua sering memarahi anak kalau suka mengganggu permainan kawannya dan suka berkeliaran dimana-mana. Orang tuanya si anak juga demikian sangat sedikit waktunya untuk anaknya, bahkan membiarkan anaknya bermain sendiri.
Ibu dan ayah mencari kesibukan masing-masing, sehingga anak mengikuti apa yang ia lihat dari kedua orang tuanya. Ini terjadi karena kurang pahamnya orang tua terhadap perannya sebagai orang tua kepada anak-anaknya.
Apa yang mesti dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak remaja agar bertumbuh dengan perangai yang baik? Jawabnya, yaitu orang tua harus memperbaiki dirinya terlebih dahulu. Kalau anak remaja sekarang sering melihat dari orang tuanya sebagai tokoh yang paling penting untuk diteladani, ketika anak-anak sudah dewasa orang tua tidak lagi mengekang mereka. Malah memberi kesempatan kepada anak melakukan apa yang ia inginkan dengan catatan, ketika ia mengalami hal yang sulit selagi anak tidak meminta tolong kepada orang tua, biarkan anaknya sendiri yang menyelesaikannya terlebih dulu, kecuali anak memang sudah minta tolong kepada orang tua untuk dibantu.
Tujuannya supaya dari mereka sudah mulai mandiri dan mulai bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan. Orang tua menjadikan anak sebagai sahabat ketika sudah dewasa, mengajak anak berbicara tentang apa saja yang ia lakukan sehari-hari, dan apa saja yang membuat ia bahagia untuk bisa ia lakukan.
Orang tua harus menyadari bahwa gaya dan sikap hidup remaja pada masa kini dipengaruhi oleh apa yang dialaminya dimasa lalu dalam hubungannya dengan orang tua. Misalnya waktu kecil anak dekat pada orang tua atau tidak, itu sangat mempengaruhi kehidupan anak di masa remajanya.
Beberapa tokoh berpendapat bahwa watak dan kebiasaan kita terbentuk dari mulai umur 6 tahun pertama.
Menurut Dorothy Nolte, bahwa cara orang tua mengasuh anaknya, hal itu akan tampak di kemudian hari. Misalnya, jikalau anak di besarkan dengan celaan, ia pasti belajar memaki. Jikalau anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar untuk berkelahi; jikalau anak dibesarkan dengan ketakutan, maka ia belajar gelisah; dan jika anak dibesarkan dengan rasa iba, maka ia belajar menyesali diri.
Demikianlah ulikan dan resensi secara SPRJ (singkat, padat, ringkas, jelas) dari buku B.S. Sidjabat yang berjudul: "Membesarkan Anak dengan Kreatif".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H