Mohon tunggu...
Haposan Lumbantoruan
Haposan Lumbantoruan Mohon Tunggu... Freelancer - Pessenger

Pemula yang memulai hobi dengan membaca buku dan koleksi buku, menulis, sepakbola dan futsal, musik, touring dan traveling serta suka (doakan) kamu:)

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Mengulik Buku B.S. Sidjabat: Strategi Efektif dari Parenting Orang Tua ke Anak

8 Juni 2024   10:53 Diperbarui: 8 Juni 2024   10:57 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengulik buku B.S. Sidjabat: strategi efektif dari parenting orang tua ke anak. (Sumber gambar: dokpri/Haposan Lumbantoruan)

Beberapa Minggu belakangan (7/5/2024), penulis tertarik membaca sebuah buku perihal parenting, karena hanya melihat sampul dan judul bukunya, memunculkan niat penulis untuk membacanya.

Judul buku yang penulis baca dan akan dituangkan dalam artikel ini ialah "Membesarkan Anak dengan Kreatif (Panduan Menanamkan Iman & Karakter kepada Anak Sejak Dini) oleh B.S. Sidjabat.

Pertanyaan menarik yang barangkali diajukan kepada penulis (maupun pembaca), Mengapa membaca buku tersebut? Apakah penulis sudah mempunyai anak?

Tentu penulis harus care dong menjawabnya dengan secara gamblang dan jujur. Penulis memang masih belum mempunyai anak (secara biologis), sebab belum menikah.

Mengapa membaca buku tersebut? Ya, karena suka aja. penulis tertarik karena membaca judul dalam buku tersebut dan juga secara batin ingin mempersiapkan diri untuk dipercayai oleh Tuhan anak nantinya. Begitu.

Penulis merekomendasikan kepada para pembaca maupun Kompasianer untuk membeli buku tersebut. Pastinya harus di baca dong, iya dong. Jangan di letak di meja (atau di mana saja), "kasihan" bukunya, "merasa" dicuekin (padahal sudah di beli, kan ya. heehe).

Begitulah daya tarik sebuah buku dengan judul unik dan menarik (menurut penulis), pastinya konten dalam buku tersebut pun tidak kalah menariknya (menurut penulis kembali).

Ok, sekarang kita akan mengulik sedikit dari apa yang disampaikan oleh buku tersebut. Ya, bahasa akademisnya, diresensi gitu.

Siapkan fokus para pembaca, beri konsentrasi penuh pada otak, jauhkan handphone dari hadapan Anda, yang berpotensi mengganggu fokus Anda. Mari, siap-siap dan bersama menyelam ke dalam buku "Membesarkan Anak dengan Kreatif" karya B.S. Sidjabat.

Setelah penulis membaca buku yang berjudul: "Membesarkan Anak dengan Kreatif " oleh B.S. Sidjabat. Penulis mengerti dan memahami bahwa yang berperan penting dalam keluarga kepada anak adalah orang tua. Mengapa?

Buku ini menjelaskan betapa pentingnya pembentukan karakter atau budi pekerti sejak kecil bagi anak, bahkan mulai dari kandungan harus dimulai. Orang tua  dalam keluarga merupakan  pelaku utama dalam pembentukan dan pengembangan karakter anak.

Hubungan ayah dan ibu yang harmonis dalam keluarga serta diwarnai dengan kasih sayang merupakan faktor yang sangat penting dalam membesarkan anak yang dikaruniakan oleh Tuhan.

Dalam pertumbuhan anak, si anak akan menyerap nilai-nilai hidup dan kebiasaan yang ia lihat dari kedua orang tuanya dan anggota keluarga lainnya melalui pengamatan dan peniruan.

Jikalau orang tua sadar betapa penting perannya sebagai contoh dan teladan baik dalam watak, moral dan iman terhadap anak-anaknya, maka orang tua harusnya menanamkan nilai-nilai positif dalam diri anak tersebut menjadi generasi yang berkarakter baik.

Orang tua tidak mengabaikan kesempatan tersebut bahkan dipergunakan sebaik-baiknya, agar anak mudah untuk dibentuk dikemudian hari.

Dalam buku ini yang pertama-tama di jelaskan adalah pendidikan watak atau budi pekerti bagi anak, termasuk landasan dalam pengenalan akan Tuhan, karena sesungguhnya anak juga seharusnya diajari dan dibimbing dalam membangun hubungan dengan Allah.

Kemudian menjelaskan fungsi keluarga dalam membesarkan anak. Setiap keluarga mempunyai kepribadian sendiri.

Anak lebih banyak belajar dari kepribadian anggota keluarganya dimana ia bertumbuh. Membesarkan anak dengan sehat pada dasarnya adalah tugas memenuhi kebutuhan anak itu sendiri yang mencakup fisik, sosial, emosional, mental dan spiritual.

Pembentukan karakter anak tidak terpisah dari pertumbuhan imannya kepada Tuhan. Kalau dari usia dini anak sudah dibimbing untuk beriman kepada Allah dan percaya kepada Kristus, dalam hal ini keluarga Kekristenan, maka Roh Kudus yang mengerjakan pembaharuan hidup dalam diri anak tersebut.

Roh Kudus hadir mendampingi dan memampukan anak itu sendiri dalam pertumbuhan dan kepribadiannya. Pendidikan dan pembinaan karakter menjadi lebih mudah bagi anak karena pekerjaan Allah lewat Roh Kudus ada dalam dirinya.

Ketika anak memasuki usia remaja, pendekatan orang tua dalam membesarkan anaknya harus berbeda. Sebab pola pikir dan sikap hidup remaja berbeda dengan pemikiran anak usia di bawah 12 tahun.

Remaja tengah mencari dan menemukan identitas diri melalui berbagai macam peran. Para remaja berharap bahwa orang tua seharusnya mengutamakan nilai melalui peran sebagai pembina mereka, pendorong bahkan teman berbicara mereka.

Dalam mendidik anak banyak orang tua yang hanya mengharapkan perubahan dari diri anaknya sendiri, padahal orang tuanya sendiri tidak memberikan teladan yang baik kepada anaknya.

Orang tua sering memarahi anak kalau suka mengganggu permainan kawannya dan suka berkeliaran dimana-mana. Orang tuanya si anak juga demikian sangat sedikit waktunya untuk anaknya, bahkan membiarkan anaknya bermain sendiri.

Ibu dan ayah mencari kesibukan masing-masing, sehingga anak mengikuti apa yang ia lihat dari kedua orang tuanya. Ini terjadi karena kurang pahamnya orang tua terhadap perannya sebagai orang tua kepada anak-anaknya.

Apa yang mesti dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak remaja agar bertumbuh dengan perangai yang baik? Jawabnya, yaitu orang tua harus memperbaiki dirinya terlebih dahulu. Kalau anak remaja sekarang sering melihat dari orang tuanya sebagai tokoh yang paling penting untuk diteladani, ketika anak-anak sudah dewasa orang tua tidak lagi mengekang mereka. Malah memberi kesempatan kepada anak melakukan apa yang ia inginkan dengan catatan, ketika ia mengalami hal yang sulit selagi anak tidak meminta tolong kepada orang tua, biarkan anaknya sendiri yang menyelesaikannya terlebih dulu, kecuali anak memang sudah minta tolong kepada orang tua untuk dibantu.

Tujuannya supaya dari mereka sudah mulai mandiri dan mulai bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan. Orang tua menjadikan anak sebagai sahabat ketika sudah dewasa, mengajak anak berbicara tentang apa saja yang ia lakukan sehari-hari, dan apa saja yang membuat ia bahagia untuk bisa ia lakukan.

Orang tua harus menyadari bahwa gaya dan sikap hidup remaja pada masa kini dipengaruhi oleh apa yang dialaminya dimasa lalu dalam hubungannya dengan orang tua. Misalnya waktu kecil anak dekat pada orang tua atau tidak, itu sangat mempengaruhi kehidupan anak di masa remajanya.

Beberapa tokoh berpendapat bahwa watak dan kebiasaan kita terbentuk dari mulai umur 6 tahun pertama.

Menurut Dorothy Nolte, bahwa cara orang tua mengasuh anaknya, hal itu akan tampak di kemudian hari. Misalnya, jikalau anak di besarkan dengan celaan, ia pasti belajar memaki. Jikalau anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar untuk berkelahi; jikalau anak dibesarkan dengan ketakutan, maka ia belajar gelisah; dan jika anak dibesarkan dengan rasa iba, maka ia belajar menyesali diri.

Demikianlah ulikan dan resensi secara SPRJ (singkat, padat, ringkas, jelas) dari buku B.S. Sidjabat yang berjudul: "Membesarkan Anak dengan Kreatif".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun