Ibunya meyakinkannya bahwa perkataan itu masih berlaku. Ia meminta ibunya untuk berdoa bersama-sama. Nommensen meminta kesembuhan dan dengan janji, jikalau ia sembuh maka ia akan pergi memberitakan Injil.
Dia berkata dengan percaya diri, "Kalau begitu, yang harus aku lakukan hanyalah berdoa terus agar Tuhan menyembuhkan kakiku!" Sejak saat itu, Nommensen beriman dan mengandalkan janji Yesus.
Nommensen mulai berdoa dengan khusuk dan rajin. Isi doanya selalu ialah, "Ya Bapa, di sini tertulis (Alkitab) bahwa Yesus berkata: 'Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku.
Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.' Sekarang aku meminta dalam nama Yesus, sembuhkanlah kakiku Bapa, supaya aku Engkau kirim ke orang-orang kafir melayani-Mu, amin."
Dia pun sekarang menghadapi masa depan dengan percaya diri, menaruh kepercayaannya pada firman Tuhan dalam Alkitab dan janji Kristus dan sepenuhnya mengharapkan kesembuhan dari-Nya.
Dan memang doanya dikabulkan karena beberapa minggu kemudian kakinya sembuh. Setelah sembuh kembalilah Nommensen menggembalakan domba lagi.
Nommensen meninggal pada umur yang sangat tua, pada umur 84 tahun. Ia meninggal pada 23 Mei 1918.
Nommensen dikuburkan di Sigumpar di tengah-tengah suku bangsa Batak setelah bekerja dan setia melayani di suku bangsa tersebut selama 57 tahun lamanya.
Panggilannya
Berawal dari doa, didikan pengajaran firman Tuhan oleh ibunya, Anna, hingga nazarnya membuat dirinya mendapat panggilan Allah sebagai misionaris ke tanah Batak. Pada bulan Agustus tahun 1857, Nommensen di terima di Missionhaus, yaitu sekolah Pendeta asuhan RMG.
Selama di sekolah Pendeta, Nommensen disiapkan dan di didik untuk memberitakan Injil oleh pimpinan Missionhaus yang di mana juga seorang pendeta, yaitu Inspektur Wallman.