Sebelum memanen, ayah dan ibu penulis serta beberapa saudara yang ikut membantu dalam memanen hari ini (7/5), penulis perhatikan, mereka sangat mempersiapkan segala sesuatunya untuk memanen padi tersebut. Ayah penulis menyiapkan terpal besar dan panjang berwarna biru untuk menampung padi yang akan dibanting; kayu tempat pembanting yang sudah dirakit juga kayu penyangga dan terpal berwarna putih garis biru untuk berteduh.
Sabit atau arit juga disiapkan ayah penulis dan beberapa goni/karung tempat padi yang sudah di panen dan alat-alat persiapan panen lainnya. Ibu penulis menyiapkan makanan untuk para pekerja.
Melihat ayah penulis dan para pekerja lainnya yang begitu cekatan dan berpikir cepat dalam memanen padi hari ini, membuat penulis berpikir bahwa untuk memanen padi saja, diperlukan persiapan matang dan kerja cerdas.
Penulis teringat akan firman Tuhan yang sudah penulis singgung dan tulis di atas, bahwa kemudian Allah pun sudah terlebih dahulu memberikan contoh di Alkitab akan para pekerja-Nya untuk memanen haruslah mempersiapkan segala sesuatunya untuk hasil panen.
Mungkin para pembaca mengira bahwa yang di maksud di ayat tersebut bukan perihal memanen padi. Bukan di situ pointnya yang hendak penulis sampaikan. Penulis bukan dan atau sedang mempersoalkan memanen apa di tulisan ini.
Yang hendak mau penulis sampaikan ialah tentang bagaimana persiapan dalam memanen, dan para pekerja yang sudah ditentukan dalam memanen. Seperti contoh, ayah dan ibu saya jauh-jauh hari sudah meminta saudara di lingkungan untuk membantu memanen padi, sebab tradisi di kampung penulis dalam memanen padi ialah saling gotong royong--tolong-menolong, atau, di minta untuk memanen.
Sebagaimana firman Tuhan sudah memberi petunjuk sangat jelas bahwa dalam memanen harus meminta kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.