Mohon tunggu...
Haposan Lumbantoruan
Haposan Lumbantoruan Mohon Tunggu... Freelancer - Pessenger

Pemula yang memulai hobi dengan membaca buku dan koleksi buku, menulis, sepakbola dan futsal, musik, touring dan traveling serta suka (doakan) kamu:)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memetik Pelajaran Berharga dari Memanen Padi: Refleksi Lukas 10:2

7 Mei 2024   23:35 Diperbarui: 7 Mei 2024   23:37 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi mencangkul sawah bersama ayah dan adik laki-laki penulis sebelum ditanami bibit padi. (Sumber gambar: dokpri/Haposan Lumbantoruan)
Ilustrasi mencangkul sawah bersama ayah dan adik laki-laki penulis sebelum ditanami bibit padi. (Sumber gambar: dokpri/Haposan Lumbantoruan)

Sebelum memanen, ayah dan ibu penulis serta beberapa saudara yang ikut membantu dalam memanen hari ini (7/5), penulis perhatikan, mereka sangat mempersiapkan segala sesuatunya untuk memanen padi tersebut. Ayah penulis menyiapkan terpal besar dan panjang berwarna biru untuk menampung padi yang akan dibanting; kayu tempat pembanting yang sudah dirakit juga kayu penyangga dan terpal berwarna putih garis biru untuk berteduh.

Ilustrasi penulis dan ayah serta pekerja lain sedang beristirahat di sawah. (Sumber gambar: dokpri/Haposan Lumbantoruan)
Ilustrasi penulis dan ayah serta pekerja lain sedang beristirahat di sawah. (Sumber gambar: dokpri/Haposan Lumbantoruan)

Sabit atau arit juga disiapkan ayah penulis dan beberapa goni/karung tempat padi yang sudah di panen dan alat-alat persiapan panen lainnya. Ibu penulis menyiapkan makanan untuk para pekerja.

Ilustrasi ibu penulis sedang mengangkat padi. (Sumber gambar: dokpri/Haposan Lumbantoruan)
Ilustrasi ibu penulis sedang mengangkat padi. (Sumber gambar: dokpri/Haposan Lumbantoruan)

Melihat ayah penulis dan para pekerja lainnya yang begitu cekatan dan berpikir cepat dalam memanen padi hari ini, membuat penulis berpikir bahwa untuk memanen padi saja, diperlukan persiapan matang dan kerja cerdas.

Ilustrasi tradisi makan malam bersama setelah selesai panen padi. (Sumber gambar: dokpri/Haposan Lumbantoruan)
Ilustrasi tradisi makan malam bersama setelah selesai panen padi. (Sumber gambar: dokpri/Haposan Lumbantoruan)

Penulis teringat akan firman Tuhan yang sudah penulis singgung dan tulis di atas, bahwa kemudian Allah pun sudah terlebih dahulu memberikan contoh di Alkitab akan para pekerja-Nya untuk memanen haruslah mempersiapkan segala sesuatunya untuk hasil panen.

Mungkin para pembaca mengira bahwa yang di maksud di ayat tersebut bukan perihal memanen padi. Bukan di situ pointnya yang hendak penulis sampaikan. Penulis bukan dan atau sedang mempersoalkan memanen apa di tulisan ini.

Yang hendak mau penulis sampaikan ialah tentang bagaimana persiapan dalam memanen, dan para pekerja yang sudah ditentukan dalam memanen. Seperti contoh, ayah dan ibu saya jauh-jauh hari sudah meminta saudara di lingkungan untuk membantu memanen padi, sebab tradisi di kampung penulis dalam memanen padi ialah saling gotong royong--tolong-menolong, atau, di minta untuk memanen.

Sebagaimana firman Tuhan sudah memberi petunjuk sangat jelas bahwa dalam memanen harus meminta kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun