Mohon tunggu...
Haposan Lumbantoruan
Haposan Lumbantoruan Mohon Tunggu... Freelancer - Pessenger

Pemula yang memulai hobi dengan membaca buku dan koleksi buku, menulis, sepakbola dan futsal, musik, touring dan traveling serta suka (doakan) kamu:)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Orang Percaya Tidak Memberitakan Injil?

26 April 2024   19:43 Diperbarui: 10 Mei 2024   17:18 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar menunjukkan masalah rohani dan masalah skill menyampaikan Injil. (Sumber gambar: dokpri/Haposan Lumbantoruan)

Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus; tetapi Paulus dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka.

Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus. Dalam perselisihan yang terjadi tersebut, akar persoalannya ialah terletak pada Yohanes yang disebut Markus, pertama, meninggalkan rekan-rekan sekerja dalam pemberitaan Inji. Kedua, Yohanes tidak mau bekerja bersama-sama dengan rekan sekerja (Paulus, Barnabas, Silas). Dalam hal ini, Yohanes yang disebut Markus bermasalah dalam rohani dalam pemberitaan Injil.

Dalam pengalaman penulis selaku ULB, juga pernah mengalami hal yang sama. Satu kali, penulis pergi memberitakan Injil dengan rekan-rekan sekerja (tiga orang) ke suatu tempat yang sudah ditentukan wilayahnya. Saat jalan bersama dengan rekan-rekan sekerja waktu itu, penulis berpisah dengan rekan-rekan, dan memberitakan Injil sendirian kepada orang yang dijumpai. Waktu itu memang, ada sedikit sentiment kepada salah satu rekan sekerja, sehingga membuat situasi mengharuskan saya berpisah dengan rekan-rekan sekerja.

Bila ditilik secara dalam, kelihatannya memang sukses dalam memberitakan Injil, Injil tersampaikan kepada orang lain, namun sebenarnya adalah bahwa ada persoalan rohani. Adanya ketidak-enakan dan atau ketidak-cocokan pada saat itu dengan rekan sekerja dalam pemberitaan Injil-Nya.

Apakah Anda mengalami hal yang sama?Orang-orang percaya masa kini juga tidak sedikit yang mengalami persoalan rohani sehingga tidak memberitakan Injil. Bagi mereka, pekerjaan memberitakan Injil adalah tugas para hamba Tuhan; tugas misionaris, tugas pendeta, tugas guru agama dan lain sebagainya.

Nampak benar memang, namun apakah Alkitabiah pernyataan tersebut? Yesus telah memberi jubah Amanat Agung kepada para rasul dan orang-orang percaya masa lampau, untuk memimpin setiap orang kepada Injil dan memberitakan Injil. Dengan tegas Yesus berkata: "..pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20).

Mike Shipman berkata: "Satu-satunya cara para rasul dalam memuridkan dunia adalah melalui kepemimpinan mereka. Terlepas dari peran mereka dalam mempengaruhi setiap generasi baru orang percaya untuk memikul jubah Amanat Agung,.."

Pemberitaan Injil adalah perintah Sang Inisiator Agung! Berarti pula pemberitaan Injil adalah suatu kewajiban dan keharusan untuk dilakukan oleh setiap orang-orang percaya sejati. Lalu bagaimana cara memberitakannya?

2. Masalah Skill/Keterampilan Menyampaikan Injil (pengetahuan dan kemampuan tidak ada)

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dalam memberitakan Injil sangat dibutuhkan suatu sarana atau cara atau metodologi metode dalam menyampaikannya. Bukan berarti mutlak penuh dan bergantung pada cara atau metodenya. Namun akan sangat efektif, bila Roh Kudus memenuhi dan menguasai serta memakai setiap orang percaya dalam suatu metode pemberitaan Injil.

Di Alkitab dengan jelas dikisahkan bahwa Yesus memberitakan Injil kerajaan Allah dengan sengaja (metode Yesus) kepada seorang Samaria. Yesus menggunakan strategi sengaja dalam memberitakan Injil kepada seorang perempuan Samaria disebuah kota Samaria di Shikhar (Yohanes 4:4-5). Dan dalam strategi-Nya tersebut, perempuan Samaria pun akhirnya percaya kepada-Nya dan bahkan memberitakan-Nya kepada K3-nya [keluarga, kawan, kenalan] ( ayat 25, 39-42).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun