Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah."
Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu. Kata Petrus lagi kepada istrinya, Safira: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar."
Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya (Kisah Para Rasul 5:3-5, 9-10). Ananias dan Safira termasuk dalam kumpulan jemaat mula-mula pada masa itu, nama mereka juga terpampang jelas dituliskan di Alkitab.
Apa pesan moral yang ingin disampaikan oleh TUHAN Allah (lewat Alkitab) kepada kita masa kini? Pesan moralnya adalah karena masalah Rohani.
Itu sebabnya Yesus pernah berkata: "..Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24c; Lukas 16:c). Attila Thorday dalam artikelnya, THE PRINCIPLES OF OWNERSHIP IN THE EARLY CHURCH. THE PUNISHMENT OF ANANIAS AND SAFIRA (ACTS 5: 1---11) mengatakan: "Sin committed against the Christian community, as we may have seen in the story of Ananias and Safira, appeared very early in the history of the Jerusalem Church, pri-marily around matters of money and sharing of goods. 13 Peter immediately pointed out its severity and even God justified its seriousness by the sudden death of the sinners." (= Dosa yang dilakukan terhadap komunitas Kristen, seperti yang mungkin telah kita lihat dalam kisah Ananias dan Safira, muncul sangat awal dalam sejarah Gereja Yerusalem, terutama seputar masalah uang dan pembagian barang. Petrus segera menunjukkan keparahannya dan bahkan Tuhan membenarkan keseriusannya dengan kematian mendadak dari orang-orang berdosa).
Pengalaman Ananias dan Safira menjadi alarm keras bagi kita orang-orang percaya masa kini dalam menjalani hidup bersama Kristus. Apakah kita benar-benar pengikut Kristus atau bukan? Apakah rohani kita bermasalah atau tidak. Apakah kita terlihat jujur kepada manusia namun berdusta kepada Allah dalam memberikan sesuatu, semisal persembahan dan lain sebagainya?
Bagi saya, dalam hal ini, Ananias dan Safira adalah orang yang benar-benar tidak percaya kepada Injil. Mengapa saya katakan demikian, sebab mereka bukan saja berdusta kepada manusia (dalam memberikan persembahan), namun mereka berdusta kepada Allah. Itu manifestasi orang yang memang tidak percaya kepada Injil.
Petrus berkata: "..engkau mendustai Roh Kudus [ (pseusasthai)].," "..Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah [ (epseus)]." (Kisah Para Rasul 5:3b-4d). Ananias dan Safira bukan saja hanya berbohong biasa, namun mereka mengucapkan ketidakbenaran atau upaya untuk menipu dengan kepalsuan. Dalam hal ini, Ananias dan Safira bukan bermasalah dengan rohaninya, tetapi memang mereka bukan percaya Injil.
Lalu, bagaimana dengan orang percaya yang bermasalah dengan rohaninya berkaitan dengan pemberitaan Injil?
Kita bisa lihat dengan jelas dalam Kisah Para Rasul 13:13; 15:36-39. Â Lalu Paulus dan kawan-kawannya meninggalkan Pafos dan berlayar ke Perga di Pamfilia; tetapi Yohanes meninggalkan mereka lalu kembali ke Yerusalem.
Tetapi beberapa waktu kemudian berkatalah Paulus kepada Barnabas: "Baiklah kita kembali kepada saudara-saudara kita di setiap kota, di mana kita telah memberitakan firman Tuhan, untuk melihat, bagaimana keadaan mereka."