Kedengarannya lucu, tapi itulah faktanya. Saya mengobservasi pendidikan dari berbagai tingkat, hanya sedikit unsur akhlak di dalamnya. Bahkan, saat kuliah pun saya hanya mendapat jatah mata kuliah agama 2 dari 144 SKS yang harus ditempuh. Terkadang saya berpikir, bagaimana jadinya suatu negara apabila diisi oleh orang-orang pintar ilmu dunia namun buta akhlaknya. Walaupun sejak SD dan SMP saya bersekolah di sekolah Islam swasta, saya sering mendapati teman-teman kurang baik disana. “Orang-orang yang sudah biasa dicekoki ilmu agama sejak kecil saja masih ada yang begini, gimana kalo tidak pernah mengunyahnya sama sekali, ya?” gumam hati kecil saya. Namun, hal ini tentunya tidak sepenuhnya menyalahkan sistem pendidikan formal. Karena pengaruh lingkungan dan keluarga juga wajib diperhatikan. Apalagi sosok orang tua yang berinteraksi dengan buah hatinya setiap hari, harus mampu menjadi suri tauladan yang baik bagi mereka.
4. Don’t Judge the book by the cover
Kalau hal yang satu ini, saya lebih suka menyebutnya sistem pertahanan. Memang, kita harus saling percaya terhadap teman kalau ingin mendapatkan hasil yang optimal. Namun, sikap skeptis juga harus kita pertahankan. Jangan sampai tragedi si Jono tadi terulang di sekitar kita. Semoga bermanfaat dan terimakasih.
Tulisan ini saya persembahkan untuk saudara-saudara saya yang terkena fitnah oleh juniornya sendiri. Dengan sedikit kutipan ini, saya ingin dunia tahu kalau kalian tidak sehitam yang mereka pikirkan. Tetap semangat saudaraku, jalan kita masih panjang . . .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H