Awal bulan merdeka Yang bukan hanya untuk negeri Tapi jua untuk kebebasan hati memilih suka atau luka yang masih juga Menjadi tanda tanya yang tak mampu terjawab oleh mataMenjadi teka-teki setiap memejam mata – menanti ihwal esok- Seperti ini, rasa rindu yang dibekap Oleh hilirmudik setiap jejak Menunggu kereta kisah Yang kursinya telah habis di makan calo Begitu kata si penjual karcis Ketika kusodorkan nominal yang masih bernilai sama Empat lembar sepuluhan Sementara di sudut sana Bisa dua kali lipat Kembali ke ihwal esok Ada gelisah meski hati telah memilih Yang mungkin pula telah direkam oleh keramaian stasiun Manakala kita berbisik tentang cerita yang kita tulis Pada lembar-lembar jalan kehidupan Sesekali nanar menatap kepergian gerbong-gerbong kusam Yang entah akankah kembali ataukah tetap berlalu Dan gelisah itu semakin merajai Peluk ini belum juga tuntas Dan aku sudah harus menghantarmu kembali ke kotamu Walau kau berjanji akan cepat kembali Sehari saja kau meninggalkan rindu ini Menjadi matang dan nikmat disantap bila nanti kita bersua kembali Lalu gerbongmu pun siap berangkat Gemuruh langkah membuatmu terhenti sejenak Ini belum waktunya mudik bukan? Seketika kursikursi pun berteriak Tak ada tempat buatmu … kukirimkan pesan singkat di pagi hari "Ay, dapat tempat semalam?" "Dapat tempat. Di hati Bunda" Ughhh... I love U much, my Luvly.... ^_^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H