Mohon tunggu...
Rina Sulistiyoningsih
Rina Sulistiyoningsih Mohon Tunggu... -

Seorang Wanita Biasa, campuran Jawa dan Padang... Lahir di Sentani, Irian jaya..menghabiskan masa sekolah di Pontianak lalu lanjooot ke Malang..Sekarang lagi menikmati kesuksesan hidup... menyusuri setapak...sesekali menoleh kanankiri, berhenti sesaat di persimpangan, tak ingin larut dalam titik beku.... menatap masa depan dan meraih impian.... Wanita Single yang 'gila kerja' sampe lupa mandi hehehe... suka menulis puisi dan cerpen sejak bergabung dengan www.kemudian.com dua tahun yang lalu dan bercita-cita ingin punya buku sendiri.... semoga....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dari Rahim - Berikan Aku Rok (1)

16 Juni 2010   07:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:30 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PROLOG

“Pakai rok ini…!” ujar mama yang tiba-tiba masuk kamar tanpa permisi dan sehelai rok berline A berpindah ke tanganku.

“Huh, berapa kali Destri bilang, Des gak mau pakai rok...!” aku membuang rok berwarna merah bata begitu saja di tempat tidur.

Aku tak pernah mau pakai rok. Terlalu perempuan. Sekali tidak tetap tidak.

Pantulan wajahku muncul di cermin, seakan mentertawakan aku… Betapa muaknya aku melihat diriku sendiri.

Aku tetap takkan menyentuh rok apapun.

I.

Aku menatap kesibukan para nelayan dan beberapa perahu kecil yang baru saja tiba pagi ini. Matahari sudah muncul sejak tadi. Hawa laut yang segar dan aroma amis sudah biasa menusuk hidungku. Sejak subuh tadi aku berdiri di tempat ini. Menikmati keindahan air laut yang selalu tenang. Sesekali angin membuatnya bergelombang kecil. Berada di pinggiran pantai pagi ini menggugah kerinduanku pada tanah kelahiranku. Tak jauh dari tempatku ini terlihat pelataran rumahku yang kini sudah berganti penghuni dan dengan bentuk yang sudah di renovasi.

Angin pagi menusuk tubuhku. Keindahan teluk Kalabahi ini membuatku tersadar bahwa aku memiliki tempat berpijak yang benar-benar surga. Pulau kecil tempat pertama kuhembuskan nafas ini terletak di sebelah utara Nusa Tenggara Timur, berbukit-bukit, dan di kelilingi perairan biru. Kalabahi, satu-satunya tempat yang bisa menikmati hamparan teluk terlebar di seluruh dataran propinsi ini.

Selayang pandang kulihat bukit yang mulai menghijau terkena sinar matahari yang perlahan-lahan membuatku memerah. Nyanyian burung-burung sesekali kudengar, tampaknya asyik menukik ke permukaan air untuk menangkap ikan-ikan kecil dengan moncongnya.

Tempat ini berubah. Segalanya berubah. Dulu hamparan luas ini adalah pinggir pantai. Tempatku berlari-lari kecil bersama teman-teman. Berenang selagi air pasang. Mengumpulkan kerang-kerang yang berbentuk lucu dan menarik, juga mencari Bunga Batu yang terhampar di sepanjang pantai Alor. Bunga Batu atau Batu Puyuh biasanya kami kumpulkan sebagai mata pencaharian. Bentuknya bagus dan beraneka ragam bisa digunakan sebagai hiasan. Aku dan teman-teman paling senang jika bisa membawa pulang beberapa lembar ratusan dari hasil mengumpulkan Bunga Batu yang konon tak pernah ada habisnya, bahkan selalu bertambah setiap hari dipinggir pantai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun