Wow, tentu saja aku tahu sudah berapa pria yang membenamkan dirinya ke dalam alam cintamu, satusatu…pikirku sambil tersenyum dan menanti ucapan selanjutnya.
“ Ya, semua akan berakhir. Mungkin semua ini terlihat konyol. Aku menjalin hubungan jarak jauh sebenarnya hanya untuk menghindari yang namanya komitmen dalam pernikahan. Kau tahu, umur kita sudah tidak muda lagi. Tuntutan dari segala arah itu yang membuat aku merasa gagal dalam hidup…” wajahnya kembali tertekuk.
“mengapa bisa begitu, Zia..? kau salah, hidupmu berhasil…kaulihat, apa lagi yang kaucari, bukankah semua sudah kau dapat…. Memang sudah sepantasnya jika saat ini kau sudah benar-benar memikirkan pendamping….”
“ hahahaha…” tawanya kali ini membuatku mengernyitkan kening.
“ coba lihat dirimu,… kaupun sudah tua, tapi aku belum melihat kau dengan pasanganmu… atau jangan-jangan kau sudah ada pendamping tanpa memberitahu aku ?” selidiknya. Kali ini Letizia meraih gelasnya meski tetap belum diminum sedikitpun. Aku tersenyum.
“ Letizia yang cantik, kali ini topiknya bukan aku, tapi kamu….” Ujarku sedikit tenang. Geram juga dia berkata begitu. Ada sedikit malu di sini. Memang aku masih sendiri. Walau sudah silih berganti benih cinta tumbuh di hatiku. Dan aku sudah tua, Letizia benar, aku hanya lebih dari hitungan jari lahir ke dunia ini.
“ ya, aku merasa gagal…” lanjutnya.
“ tapi tidak kan. Baru merasa. Tapi kenapa rasa itu kamu ciptakan?”
“ Terlahir jadi wanita membuat aku menyesali hidup. Setidaknya saat-saat ini. Menjadi mandiri itu tujuanku, sukses dalam karir menikmati kepuasan seperti beberapa tahun terakhir ini. Tapi semua itu akan lenyap. Sebentar lagi… dan semua itu rasanya jadi tak ada artinya”
“ aku gagal…” lanjutnya dan Orange Juice itu habis seketika.
* * *