: pada rahim malam hamba mengadu
jejak hamba menimang bulan
dalam rantauan selaksa kisah
sejak jaka meminang puan
sedalam tuaian membuai resah
membual desah
Oh, lara yang tiada berujung
sempurnalah mati dalam hidup
detik-detik retak bagai pekat yang pecah semburat sinar rembulan
dingin menusuk jantung hati hamba
hangatpun tak sudi menyulam tiap detaknya
mengiba hamba padamu rahim malam
kemanakah tuan yang menggaris semesta
menggambar peta titik-titik nista
buta hamba tak terarah
timangan hamba terasa memikul badai
goyah ditiap ketukan kaki
kemanakah tuan yang meniup sukma
hirup satusatu rasa hambar
sempurnalah hidup selubung mati
ini raga tak kenal jiwa
ini jiwa tak sapa raga
Oh, lara yang tiada berujung
menimang bulan
manapak kisah
mencari tuan empunya kasih
telan aku bulat-bulat kembali ke rahimmu, malam
kurasa tuan bersemayam dalam gelapmu
kan kukembalikan bulan milikmu
berikan tuan ke pelukku
Malang, 30 November 2009
Posted on Sungguh, Ini Bukan Basa-Basi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H