Seandainya Islam tidak pernah ada di muka bumi, maka apakah yang akan terjadi? Dunia kini mengutuk Islam sebagai agama teroris. Agama yang tidak mempunyai kasih sayang dan kemanusiaan. Islam tersandera sebagai agama barbar yang tidak mengenal peradaban dan tatanan sosial yang rapi.
Sebagian umat Islam menjadi pengungsi di negara-negara Eropa yang pernah memerangi Islam. Walaupun banyak di antara mereka yang sekuler, namun penduduk Eropa mempunyai antipati terhadap Islam. Mereka hanya kasihan melihat nasib penduduk Suriah, Irak, dan Afghanistan yang kini menjadi pengungsi akibat perang di negara mereka.
Hal ini bertolak-belakang dengan sejarah Islam itu sendiri. Beratus abad Islam menjadi agama yang disegani dunia. Dari rahim Islam, muncul berbagai intelektual dan ilmuwan. Islam pernah menjadi mercusuar dunia. Lalu mengapa Islam tiba-tiba seperti ini? Peradaban Islam menjadi tempat bergurunya bermacam mahasiswa dari seluruh dunia. Islam pernah berjaya.
Namun kini umat Islam seperti kehilangan arah. Umat Islam didera dengan berbagai masalah. Umat Islam kini terseok-seok di panggung dunia. Sementara itu para pemimpin negara-negara Islam asyik berkoalisi dengan negara-negara Barat untuk melawan radikalisme di negara mereka.
Beragam faktor telah mengakibatkan umat Islam mengalami nestapa seperti ini. Pertama, melemahnya elan vital umat Islam itu sendiri. Elan vital Islam tersebut adalah ilmu pengetahuan yang dinamis. Kedua, para ulama Islam lebih sering bicara tentang kematian dan hari akhir daripada memperoleh kemuliaan di dunia dan hari akhir. Ketiga, banyak negara Islam dipimpin oleh pemimpin yang otoriter dan totaliter. Mereka tidak mengizinkan aspirasi politik umat diwujudkan dalam sistem yang demokratis.
Demokrasi dan Islam menjadi satu pertanyaan. Apakah Islam kompatibel dengan demokrasi? Eksperimen demokrasi di negara-negara Islam menimbulkan polarisasi di antara umat. Konflik politik terus terjadi. Situasi negara sering mengalami ketegangan.
Eksperimen demokrasi dan Islam di Indonesia menunjukkan Islam kompatibel dengan demokrasi. Namun dalam pelaksanaannya banyak menimbulkan masalah. Situasi politik yang karut-marut sering dijumpai. Proses negosiasi dan kompromi serta bargaining position sering mengorbankan kepentingan rakyat. Politisi dan birokrat bertindak untuk kepentingannya sendiri.
Dunia tanpa Islam adalah sebuah dunia yang tidak lengkap. Bagaimanapun Islam pernah merajai dunia. Islam dilahirkan ke dunia ini untuk melakukan reformasi (al-Ishlah) bumi. Islam telah menanamkan nilai-nilai moral untuk membentuk masyarakat yang rabbani. Islam menolak dengan tegas pengrusakan bumi (fasad). Bahkan Nabi Muhammad SAW diutus Allah sebagai kasih-sayang bagi seluruh alam.
Agama pada hakikatnya merupakan panduan hidup di dunia dan memberitahukan mengenai kehidupan di akhirat. Semua agama membawa misi eskatologis. Namun Islam sebagai agama mempunyai ciri khasn tersendiri. Islam menyuruh manusia menggunakan akalnya untuk membuktikan keberadaan Tuhan.
Kini peradaban Islam tengah mati suri. Umat Islam sibuk mengurusi hari akhir daripada hari esok. Seolah-olah dunia tidak penting lagi bagi mereka. Hal ini merupakan suatu kesalahan. Islam diperuntukkan untuk kehidupan di dunia dan di akhirat. Islam seharusnya menjadi panduan dalam bermuamalah di dunia. Sedangkan akhirat adalah tujuan akhir setiap muslim.
Sesungguhnya tujuan setiap muslim adalah kebaikan di dunia dan di akhirat. Bukan hanya akhirat, tapi juga dunia. Selama ini kita mendikotomi kedua hal tersebut. Saat ini bisa dibilang kondisi umat Islam di era kini centang perenang, carut-marut dan kacau-balau dan sebagainya.
Tanpa Islam, dunia akan kehilangan salah-satu agama yang membebaskan. Islam adalah kekuatan pembebas. Islam membebaskan umat manusia dari penyembahan berhala dan sesama. Islam adalah agama yang demokratis. Ilmu pengetahuan dalam Islam tidak boleh dimonopoli oleh kelas atau kelompok manapun. Islam justru menganjurkan demokratisasi ilmu pengetahuan. Islam tidak membedakan seseorang berdasarkan status sosialnya melainkan karena ketakwaannya.
Ketika Islam datang, ia membawa perubahan sosial pada masyarakat. Islam mengubah struktur sosial yang feodal menjadi demokratis. Dan hal ini dapat terlihat pada pemerintahan Nabi di Madinah. Sayangnya penguasa Muslim setelah Nabi mengubah demokrasi yang ada di Madinah menjadi sistem kerajaan. Model negara Madinah dapat dikatakan sebagai model negara yang ideal. Pada masa itu, Nabi sering mengumpulkan masyarakat Madinah untuk bermusyawarah. Inilah cikal-bakal demokrasi dalam Islam. Walaupun tak persis dengan demokrasi a la Barat, demokrasi Islam menekankan pada kesantunan dan akhlak. Masyarakat Muslim tidak bersepakat dalam kesesatan.
Para penguasa setelahnya mengubah demokrasi Islam menjadi negara kerajaan. Menurut Robert N. Bellah, model masyarakat Madinah terlalu maju untuk zamannya. Hal ini tidak bisa ditiru oleh penguasa-penguasa Muslim setelahnya.
Para penguasa Muslim setelah Khalifah yang empat menjadikan suku dan keluarganya sendiri sebagai basis pemerintahan. Perebutan kekuasaan antara para penguasa Muslim dan kelompok bangsawan sering terjadi. Konflik dan kekerasan dalam masyarakat Islam terjadi karena keinginan untuk meraih kekuasaan antara klan-klan yang berbasis pada ashabiyyah.
Ashobiyyah atau solidaritas kesukuan ini menurut Ibnu Khaldun adalah penopang sebuah rezim. Ibnu Khadun, sosiolog Muslim ini menulis ashabiyyah menjadi penentu keberlangsungan rezim yang berkuasa. Hal ini tidak hanya terjadi di dunia Arab, tetapi juga di seluruh kerajaan-kerajaan di dunia. Di negara-negara kerajaan Eropa, hal yang sama pun terjadi.
Hanya saja ketika terjadi Revolusi Demokrasi di negara-negara Eropa, kawasan Timur Tengah seperti terkucil dari gerak zaman. Ketika negara-negara Eropa seperti Inggris mengalami dinamika demokrasi, negara-negara Timur Tengah masih feodal. Konflik antar negara-negara Islam sering terjadi. Dengan kondisi umat Islam yang rapuh, akhirnya kolonialisme Eropa berhasil masuk dan menjajah negara-negara Muslim.
Kekhalifahan Ustmani saat itu di tengah kemundurannya setelah beberapa tahun bertahan sebagai kerajaan besar yang menguasai Timur Tengah dan Eropa Timur. Namun akhirnya Utsmani tidak bisa bertahan menghadapi dinamika zaman dan harus berakhir.
Ketika peran Islam di dunia menyurut terjadilah kondisi konflik antar negara yang memakan korban manusia yang besar, seperti Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Islam tidak lagi bisa mendinamisasi zaman. Mandegnya peradaban Islam mengakibatkan dunia mengalami kerugian besar. Mereka yang menghendaki kehancuran Islam semakin meraja rela dan berkuasa dengan lalim. Inggris dan Amerika berupaya menghegemoni dunia dengan ketidakadilannya.
Peradaban Islam adalah peradaban tengah. Islam berada di dua titik ekstrim sesuai dengan hadis Nabi, "Sebaik-baik perkara adalah pertengahannya." Peradaban Islam jga peradaban wahyu. Peran wahyu dan akal dalam Islam sangat sentral. Melemahnya kekuatan Islam menyebabkan berbagai kerugian bagi dunia. Dunia dikuasai oleh kezaliman dan ketidakadilan.
Negara-negara Barat gagal menciptakan sebuah tata dunia yang adil. Kondisi sistem dunia yang dikuasai oleh negara-negara kapitalis dan perusahaan-perusahaan multinasional menyebabkan ketimpangan global. Negara-negara yang tidak tunduk kepada sistem dunia yang dikuasai oleh AS dan negara-negara Barat akan direkayasa agar menjadi negara-negara gagal. Irak, Libya, Venezuela, adalah contoh negara-negara yang menentang AS dan sekutunya.
Kedatangan Islam adalah untuk menciptakan keadilan bagi umat manusia. Islam adalah agama yang menjunjung tinggi keadilan. Â Keadilan Islam adalah keadilan yang Ilahilah, bukan keadilan menurut manusia yang bersifat relatif. Islam menjadi cahaya bagi dunia. Islam mengandung semangat pembebasan bagi umat manusia.
Islam kini menjadi agama yang pertumbuhannya paling cepat di dunia. Islam kembali dipeluk oleh 1,3 milyar umat manusia. Islam akan kembali menjadi agama yang mempengaruhi jalannya sejarah peradaban manusia. Upaya Barat untuk menghancurkan Islam tidak berhasil. Justru di negara-negara Eropa, Islam mengalami kebangkitannya kembali. Dunia akan kehilangan sesuatu tanpa Islam.
Dunia tanpa Islam akan menjadi dunia yang sepi. Hampir sepanjang kelahirannya, Islam telah menyinari dunia dan terus akan memberi api kepada dunia. Wallahu a'lam bisshowab.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H